الفلسفة القرآنية "الإله"| FISAFAT KETUHANAN
A. .Latar Belakang Masalah
Seorang anak kecil akan bertanya kepada ibunya mengenai keberadaan Tuhan dengan pertanyaan yang bervariasi. Mulai dari pertanyaan “Tuhan itu apa?”, “Tuhan itu bagaimana?”, “Tuhan itu ada dimana ?”, hingga pertanyaan “Apakah Tuhan itu sayang kepada umatnya atau tidak ?”.
Keberadaan Tuhan telah diakui hampir seluruh umat manusia. Bahkan tidak hanya pertanyaan di atas, pertanyaan lain mengenai siapakah pencipta alam semesta ini, siapa yang membuat matahari dapat selalu bercahaya, langit dengan bulan dan bintang yang tidak jatuh sekalipun tidak terdapat tiang penyangga, siapa yang membuat planet-planet tetap berjalan teratur sesuai dengan jalurnya tanpa ada insiden tabrakan, dan masih banyak pertanyaan lain yang pada ujungnya bermuara pada satu jawaban, yaitu Tuhan Dzat Yang Maha Kuasa. Dzat yang kekuatannya melebihi kekuatan manusia terhebat di dunia.
Studi mengenai ke-Tuhanan pun membantah kepercayaan para pengikut kelompok atheisme (golongan/kelompok yang tidak percaya dengan adanya Tuhan). Berbagai hal yang terjadi di dunia ini sudah menjadi
barang pasti merupakan campur tangan Tuhan. Sepintar dan sehebat apapun akal manusia belum mampu dan tidak akan mampu menyaingi kehebatan Tuhan.
Namun, keberadaan Tuhan yang ghaib, tidak mampu dilihat secara kasat mata, membuat sebagian besar manusia hanya sekedar percaya. Berpikir sebentar dan apabila tidak mendapatkan jawaban memuaskan mengenai keberadaan Tuhan, manusia akan dengan cepat melupakannya. Hanya bermodal percaya adanya Tuhan sudah cukup bagi manusia awam, tanpa perlu pusing-pusing mencari jawabannya.
Dalam sejarah, tentu sudah banyak para ilmuwan yang mencoba mencari kebenaran dan eksistensi Tuhan. Mulai dari dzat-nya, sifat-sifatnya, sampai hakikatnya. Dalam islam sendiri ilmu mengenai ketuhanan dibahas dalam cabang ilmu tersendiri yaitu ilmu tauhid. Semua itu tidaklah lepas dari pemikiran-pemikiran para ilmuwan mengenai Tuhan. Disini kami akan menerangkan filsafat qur'aniyah yang berjudul Al-Ilah (Tuhan).
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan eksistensi yang abadi dan eksistensi yang berada dalam waktu?
2. Bagaimana tanggapan terhadap orang yang menyangkal hikmah sholat dan do’a?
3. Dimana letak fisafat Al-Ilah?
BAB II
PEMBAHASAN
الإله
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ ۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرًا., وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ࣖ
وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ,,,, اَلَآ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطٌ ࣖ
وَاِذَا سَاَلَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ,# لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَ ۚ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ
****
Itulah aqidah paling sempurna yang dapat di terima menurut akal.Itulah aqidah yang sempurna dalam agama.Pencipta satu-satunya, tiada berawal dan tiada berakhir. Maha kuasa atas segala sesuatu. Maha mengetahui segala sesuatu. Maha meliputi segala sesuatu, dan tiada suatu pun yang serupa denganNya. Alam semesta adalah makhluk(ciptaan Allah) Allah yang menciptakan dan akan kembali kepada allah lenyap dan adanya semesta tergantung pada kehendak Allah.
Bila kita hendak mengukapkan aqidah tersebut dengan bahasa filsafat, dapatlah kita katakan:dua eksistensi yaitu eksistensi ke abadian dan eksistensi waktu.
Adalah suatu imajinasi belaka kalau akal menggambarkan bahwa waktu dapat menjadi bagian dari keabadian. karena jika keabadian kita ukur dan kita panjangkan dari awal mulanya, teryata ia adalah azali(tanpa awal),dan jika kita ukur serta panjangkan ia dari akhirnya,teryata ia adalah Sarmadi(tidak berkesudahan) tidak akan berakhir untuk selama-lamanya.
Jadi pada hakikatnya waktu bukanlah keabadian, waktu kita kurangi terus menerus, tetapi ia tidak akan bertambah keabadian. kedua hal itu (keabadian dan waktu) merupakan dua eksistensi yang berlawanan hakikat dan substansi.
Keabadian adalah sebuah eksistensi yang tidak dapat kita gambarkan adanya gerak di dalamnya.
Sedangkan waktu adalah eksistensi yang tidak dapat kita gambarkan tanpa adanya gerak
Jika salah satu dari dua eksistensi itu tanpa di ragukan ke tetapanya, maka eksistensi yang abadi itulahYang tetap menurut akal, hanya eksistensi abadi sajalah yang tidak mustahil dapat di gambarkan d fikiran dan imajinasi. Sebab, jika kita menerapkan bahwa eksistensi itu berawal, kita akan terperosok dalam kemustahilan, demikin pula kita tentu terperosok ke dalam kemustahilan, jika kita menetapkan, bahwa eksistensi itu berakhir atau dapat di ukur panjang dan dalamnya, akan tetapi kita tidak akan terperosok ke dalam kemustahilan, jika menggambarkan bahwa keabadian itu tidak bermula, tidak berkesudahan, tidak dapat pastikan"bagaimana"nya.
Demikian seorang muslim mengimani(mempercayai) keberadaan (eksistensi) tuhan
Akal tidak dapat mencapai tingkatan kepercayaan melebihi tingkatan kepercayaan yang ada pada aga Kita tidak hendak merentang- panjangkan perbincangkan apakah alam itu qodim ataukah hadits. Kita tidek perlu mempersoalkan hal itu,pembicaraan pembicaraan mengenai ke qodiman alam adalah pembicaraan lama yang tidak ada habisnya dan tidak merusak satu sendi pun dari aqidah islam.
Ketika di katakan bahwa waktu itu abadi, maka iji merupakan kekacauan pikiran,dan pembicaraan.
Jika di katakan waktu adalah ukuran ke qodiman, maka pada saat kita mengatakn waktu itu qodim seolah-olah kita mengatakan bahwa waktu adalah waktu.Atau bahwa waktu ada saat ia adadan tidak pernah ada dua waktu yang terpisah.
Dan jika ada orang bertanya mengapa waktu ada saat ia ada,dan tidak ada di saat sebelumnya.Maka orang yang bertanya itu seolah menetapkan,bahwa waktu telah ada sebelum adanya waktu.
Bagi seorang Muslim cukup mengetahui bahwa waktu tidaklah abadi, dan adanya keabadian jauh lebih sempurna daripada eksistensi yang terbatas waktunya.Itulah tujuan tanzih (mensucikan dzat tuhan dari dari segala sifat kekurangan) yang di wajibkan islam kepada para pemeluknya. Dan itu jugalah tujuan yang hendak di capai oleh kemampuan membedakan yang ada pada akal manusia.
Tidak ada kesulitan untuk memahami hubungan antara dua eksistensi.Yaitu: Eksistensi yang abadi dan eksistensi yang berada di dalam waktu.ma Islam.
Eksistensi yang abadi adalah sempurna, kesempurnaan yng mutlak :Tidak mungkin ada kesempurnaan mutllak yang tidak berkesanggupan dan tidak berkuasa melimpahkan karunia.Dan tidak mungkin pula ada kesanggupan dan kekuasaan yng tidak dapat mencipta.
Dan tidaklah masuk akal jika dikatakan bahwa penciptaan itu merupakan keharusan atau terpaksa,
Sebab,kita tidak mungkin dapat mengatakan Alloh Swt itu terpaksa,jika bersamaan dengan itu kita percaya bahwa Alloh itu maha mutlak Kesempurnaanya Tidak bersifat cacat atau kekurangan, dan penciptaan itu termasuk kesempurnaan KepemurahanNya,kesempurnaan kekuasaanNya,dan kesempurnaan kebaikanNya. Tidak masuk akal sama sekali kalau di satu pihak kita tidak percaya bahwa Alloh mempunyai bersifat tetpaksa,tetapi di lain pihak kita percaya bahwa Allohempunyai sifat kekurangan dalam hal menciptakan sesuatu. Sebab,jika kita mempercayai hal yang demikian,itu berarti kita mengingkari sifat kesempurnaanNya
Lanjut pembicaraan mengenai sifat-sifat Alloh swt sebagaimana termaktub didalam al-Qur'anul kareem. Yaitu sifat yang merupakan keharusan bagi kesempurnaan yang mutlak dan yang sam sekali tidak terbatas.
Kesempurnaan yang mutlak adalah satu dan tifak terpisah atau terbagi-bagi.Tidak mungkin ada kesempurnaan,mutlak yang tidak mutlak dalam hal kesanggupanya,kekuasaanya,pengetahuanya, keadilanya ,kebjikanya dan kebebasan perbuatanya. Pangkal kesalahan berpikir dalam hal itu jikabkita membatasi sifat- sifat tersebut,yng sesungguhnya tidak terbatas.Atau kita mengukurnya dengan sesuatu,padahal sifat-sifat itu jauhblebih tinggi dan lebih semputna daripada segala sesuatu. Iman dan pemikiran yng benar mengenai hal itu ialah, bahwa Alloh tidak serupa dengan apapun juga, tidak terjangkau dengan penglihatan mata, tetapi Alloh menjangkau semu penglihatan makhluk ciptaanNya
Baik kiranya kalu dalam menyelami pembicaraan mengenai pembagian sifay-sifat nafsiyah.sifat-sifat Tsubutiyah sifat-sifat salbiyah,kita ambil saja satu contoh pemikiran keliru.comtoh keliru itu memastikan adanya beberapa sifat dan menolak beberapa sifat lainya yang ada pada hal-hal kongrit yang dapat di coba dan di uji.Yaitu: Hubungan antara subtansi (jauhar)yang sederhana dengan sifat baqo'(kekal) atau sifat “Terhindar dari kemungkinan rusak”.
Orang-orang zaman dahulu- atau sebagian besar dari mereka- berpendapat bulat bahwa benda-benda cakrawala seperti matahari,bulan,bintang,dan planet-planet lainya adalah kekal dan tidak mungkin punah.Mengapa? Karena,menurut mereka semuanya itu berasal dari cahaya,dan cahaya adalah suatu substansi sederhana tidak terdiri dari beberapa unsur,karena itu ia tidak akan rusak ataupun punah.
Akan tetapi,dalam zaman kita dewasa ini kita menyaksikan kenyataan bahwa semua materi terdiri dari molekul-molekul atom, dan semua molekul atom dapat terbelah dan pecah, dan kemudian menjadi sinar atau cahaya.
Dari sinar atau cahaya itu terbentuklah elemen (anasir).Dari elemen terbentuklah materi. Dan dari materi terbentuklah warna,rupa,tahap dan keadaan.Semuanya adalah materi atau benda pertama(hayula,premodial matter),yang dalam aliran filsafat kuno dikatan sebagai sumber kerusakan, dan kehancuran.Atau sebagai unsur yang berlawanan dengan substansi sederhana.
Jika telah kita tetapkan,hukum yang demikian berlaku bagi benda yang sederhana,apakah kita hendak mentetapkan bahwa bagi Dzat Ilahi berlaku juga hukum seperti? Bagimana kita dapat mengatakan,eksistensi yang abadi berbuat ini tetapi tidak dapat berbuat itu? Adalah berlawanan dengan eksistensi yang abadi itu jika sifat tersebut kita lekatkan kepadanya.Atau jika kita katakan bahw apenciptaan terjadi melalui proses seperti diatas tadi.
Maksimum yang dapat kita katakan ialah, eksistensi yang abadi adalh eksistensi yang paling sempurna.Dan eksistensi yang paling sempurna itu mencipatakan eksistensi lain yang lebih rendah kesempurnaanya, dan bahwa dua eksistensi tidak terpisah satu sama lain.
Kalau kita dapat membayangkan bagaimana cara penciptaan,itu tidak aneh.Mengapa? Karena kita sendiri tidak dapat mengetahui bagaimana terjadinya sesuatu yang dapat kita lihat dapat kita jangkau dengan penglihatan.
Apakah dapat dimengerti kalau kita mengatakan,misalnya bahwa eksistensi yang sempurna tidak berkuasa mengadakan sesuatu? Apakah dapat dipahami kalau kita katakan, semua yang ada merupakan satu kategori antara yang azali dan yang abadi dengan yang dibatasi oleh waktu?
Apakah do’a dimengerti jika kita katakan,dua eksistensi itu saling terpisah dan tidak mempunyai hubungan sama sekali?
Apakah dapat dipahami kalau kita katakan, hubungan antara dua eksistensi itu berhenti pada batas-batas yang tidak dapat dilampaui? Sebagimana yang dikatakan Aristoteles bahwa setelah Tuhan menggerakkan alam berhentilah hubungan-Nya dengan alam? Kesemuanya merupakan persoalan yang tidak dapat dimengerti oleh akal,dan tidak dapat di pahami oleh iman.
Namun kita tentu dapat memahami -secara agama manapun secara akal- bahwa eksistensi yang mutlak yang sempurna pasti berkuasa dan sanggup menciptakan sesuatu yang dikehendakinya.Bahwa yang mencipta pasti lebih sempurna daripada yang diciptakanya.Bahwa sesuatu yang diciptakan tidak mungkin terpisah sam sekali dengan penciptanya.Dan wajarlah jika kita membatasi pengertian hubungan itu pada hubungan pencipta ,yang pengetahuanNya meliputi segala sesuatu,dengan makhluk yang sepenuhnya bergantung kepadanNya.
Semua agama mempercayai adanya hubungan antara pencipta dan makhluk ciptaanNya,sebagaimana yang kami katakan tadi. Akan tetapi agama-agama lain membedakan hubungan antara Alkholiq dengan makhluk-Nya dengan hubungan antara sebab dan musabab yang bersifat materil.atau hubungan“mekanik” antara pendahuluan (premise) dan kesimpulan (conclusion) di dalam analogi.
Sebab-sebab materil- betapa hebatnya- tidak melahirkan kepercayaan,dan tidak pula menimbulkan kentrentaman iman di dalam hati manusia.
Alam wujud(univers) ini adalah besar,hebat dan luas,kebesaran dan kehebatanya tidak diragukan lagi.Akan tetapi kebesaran dan keluasanya tidak menyakinkan manusia untuk mempercayai dan merasa tentram karenanya.Manusia akan memperoleh iman,jika ia mencari-cari kehendak yang hidup di belakang alam semesta, dibelakan sebab dan musababnya.
Jadi hubungan agama adalah hubungan yang hidup antara Alkholiq yang sdar dan makhluknya yang sadar pula.Yakni makhluk yang memohon dan berdo'a kepadaNya dan Alkholiq yang mengabulkanya.Melalui sholat makhluk bersembah sujud kepadanNya dengan sepenuh keprcayaan dan iman.
AlQur'an dengan tegas mentapkan hubungan demikian.Antara Al-Kholiq yang di sembah dan makhluk atau para hambaNya yang menyembah :
وَاِذَا سَاَلَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Al-Qur'an tegas pula dalam memberikan dorongan kepada manusia supaya menolong diri sendiri,serta percaya kekutan yang ada pada mereka sendiri.Disamping tentu percaya dan bersandar pada kekuatan Ilahi yang diwujudkan dalam do'a dan sholaylt.Alloh Swt tidak menerima oarang yang menyia-nyiakan kesanggupan dan kemampuan kerjanya,tetapi bersamaan dengan itu Alloh juga tidak melarang hambanNya mengharapkan pertolongan kekuatan Ilahi pada saat ia sudah tak berdaya lagi.Itulah batas terjauh mengenai kesabaran dan harapan yang diberikan oleh agama kepad manusia.
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Alloh memberikan inspirasi kepada manusia,bahwa Alloh tidak akan membiarkan hambanNya jika mereka benar-benar brusaha menolong dirinya sendiri. Alloh Swt pun tidak melarang mereka mengharapkan pertolongan dari kekuatan yang melebihi kekuatan mereka sendiri (yakni kekuatan Ilahi) dengan jalan menghadapkan diri kepadaNya. Semua agama tidak menjamin harapan seperti itu bagi para pengikutnya adalah agama yang tidak ada artinya.Dan karenanya tidak dibutuhkan oleh manusia. Ada atau tidak adannya agama semacam itu sama saja
Akan tetapi, ini tidak berarti iman kepada Alloh hanya karena manusia butuh kepada-Nya.Yang dimaksud ialah, iman harus dilandasi dengan kepercayaan kepada lekuatan-Nya kesempurnaan-Nya, keadilaNya,dam Kekuasaan-Nya atas semua alam wujud dan hubungan-Nya dengan alam semesta ini.Jika sesuatu yang disembah manusia tidak demikian halnya,ia tidak berhak dipercayai dan sam sekali tidak diperlukan.
Dalih yang paling sering dikemukakan orang yang menyangkal hikmh sholat atau do'a ialah bahwa sholat atau do'a tidak sejalan dengan keprcayaan kepada aturan alam,kelangsungan gerak dan diamnya yang menurut satu hukum,serta dapat diukur aktivitas dan pengaruhnya sejak awal mula kejadianya.
Sangkalan demikian hanya dapat di terima berdasarkan satu syarat: jika sholat atau do'a di luar alam,bukan di dalamnya,karena sholat yang demikian tidak timbul dari aturan alam dan tidak pula mempengaruhi aturan alam. Shalat seperti itu tidak mempunyai arti.
Lain halnya dengan sholat yang termasuk di dalam hitungan alam- sebagaimana kenyataan yang ada- ia membekas dan berpengaruh, tak ubahnya seperti semua perbuatan dan gerak.Tidak mungkin dikatan orang, “Hai, tinggalkan sholat karena tidak ada gunanya".Ucapan demikian sama halnya dengan mengatakan “Hai jangan merintangi hukum alam dengan menciptakan hal-hal baru dan mengembangkan teknologi,karena hukum alam telah di tentukan gerak aktivitasnya dan bekas serta pengaruhnya sejak awal kejadianya".
Sama sekali tidak ada sesuatu yang dapat mencegah pengaruh yang di timbulkan hal-hal yang ghoib dan masuk akal.
Imam ghozali dalam kitabnya Tuhafatul-falasifah mengatakan: "jika manusia tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri kekuatan magnet dan daya tariknya terhadap besi,lalu ketika kemudian ada orang lain menceritakan hal itu kepadanya ia tentu tidak akan percaya.Oleh daya tarik terhadap besi hanya dapat di bayangkan dengan tarikan seutas benang terhadap besi.Saat orang tersebut menyaksikan daya tarik magnetik itu tentu ia langsung terheran-heran,dan kemudian sadar bahwa penge tahuanya tentang berbagai keanehan kodrat amat terbatas."
Imam Ghozali mengatakan hal tersebut setelah sebelumnya berbicara tentang pengaruh spiritual.Ia mengatakan :" Hal itu tetjadi karena beberapa sebab, tetapi sebab bukan merupakan syarat bagi adanya kenyataan tersebut, karena di dalam di dalam khazanah kodrat terdapat berbagai keajaiban dan keanehan yang belum diketahui.Yang mengingkarinya ialah oran yang mengira tidak ada sesuatu apapun selain yqng telah diketahuinya."
Disamping daya tarik magnetik,ada pula daya tarik berbagi benda alam,khususnya daya tarik diantara planet-planet dan benda-benda cakrawala lainya yang letaknya berjauhan antar satu dan lainya.Perpindahan pengaruh dari benda yang menarik kepada benda lainya yang tertarik adalah kenyataan yang tak dapat diragukan.Tetapi halbitu hanya dapat ditafsirkan dengan berbagai perhitungan,dugaan dan perkiraan yang tidak dapat dilihat dengan mata,dan tidak dapat diterangkan dengan pembuktian kongret..
Yang mengherankan, adanya sementara orang yang mengaku ilmuan dan ahli fikr,dan menyaksikan hal-hal serupa itu.tetapi mereka diam saja.Padahal mereka telah mendengar dan mengetahui uraian sebab musababnya yang berbeda-beda,baik yang berdasarkan perhitungan maupun perkiraan.Mereka menerima hal itu sebagi kenyataan yang masuk akal dan dapat dimengerti.Tetapi mereka membesar-besarkan pengaruh ruh yang satu terhadap roh-roh yang lain.dan pengaruh akal yang satu terhadap akal yang lain.Mereka sampai pada pemikiran demikian karena mereka ingin meraba dengan tangan sendiri bagaimana roh itu mempengaruhi dan bagaimana ia berpengaruh.Dalam hal ini mereka tidak mau menerima sesuatu yang dapat mereka terima di alam indera dan alam nyata.
Sama sekali tidak ada sesuatu yang dapat mencegah afnya perbedaan antara roh dan akal dalam hal kemampuannya memberi pengaruh melalui sholat,doa dan intuisi.
Sebagaimana telah kami katakan,eksistensi itu bertingat-tingkat,bukan hanya satu tingkat.Ada yang bertingkat lebih dekat kepada ciri-ciri khusus ketuhanan,dan ada pula yang bertingkat lebih dekat kepada ciri-ciri alam wujud.Tidak semuanya sama dalam hal kemampuanya menerima pengaruh. Eksistensi yang sempurna mengadakan eksistensi lain,yaitu seluruh makhluq.
Makhluk pun terdiri dari beberapa derajat atau martabat.Makhluk yang menyadari eksistensinya dan merasa dirinya ada (exist),lebih tinggi derajatnya daripada makhluk yang tidak menyadari eksistensinya dan tidak merasa dirinya ada.
Makhluk yang menyadari penciptanya,atau merasakan adanya eksistensi yang mutlak sempurna,lebih tinggi derajatnya dari makhluk yang tidak menyadari selain dirinya dan soal-sola kongrit di sekitarnya.
Jadi, kalau kesanggupan mengadakan itu berbeda-beda menurut perbedaan tingkat-tingkat eksistrnsi,makhluk yang paling dekat dengan Tuhan ialah yang menyadri dzatnya dan yang mrngadakanya. Ia mrmperoleh sekelumit kesanggupan Ilahi yang khusus di berikan kepada nya, dan tidak di berikan kepada makhluk lain di alam wujud ini.
Kesadaran makhluk akan kholiqnya pun bertingkat-tingkat.Yang lebih sempurna kesadaranya lebih banyak memperoleh kesanggupan Ilahi. dan ia pun lebih dekat melindungkan dirinya kepada Alloh Swt.kepada hikmah-Nya,pengayomanNya dan Kekuasaan-Nya. Tidaklah masuk akal kalau semua makhluk yang hidup di alam wujud tidak mempunyai perbedaan-perbedaan.Tidak masuk akal kalau dikatakan bahwa semua perbedaan itu tak berarti apa-apa.sehingga ada dan tidaknya perbedaan itu sama saja.Dan tidsk masuk akal juga, kalau makhluk yang paling dekat dengan Tuhan sama sekali tidak mempunyai kesanggupan engadakqn sesuatu di tengah alam wujud ini dengan menggunakan pengaruh akal pikiran dan pengaruh spritualnya.
Mengakui manfaat sholat sama sekali tidak bertentangan dengan aturan alam.Karena orang yang melakukan sholat menjadi bagian dari alam dan aturanya. Bahkan mengingkari manfaat sholat sama artinya dengan mengingkari eksistensi Tuhan sebagai Pencipta aturan alam, yang kedudukan-Nya bukan seperti mesin yang baik di putar atau memutar adalah sama saja.
Filsafat Qur'an yang memastikan adanya Tuhan mencakup semua filsafat yang di bicarakan oleh para filosof mengenai persoalan itu.
Ada tiga argumentasi paling terkenal yang melandasi filsafat Ketuhanan. Yaitu yang di kalangan orang Eropa dikenal dengan nama: Cosmological Argument, Teleological Argument dan Onotological Argument.
Cosmological Argument ialah bahwa segala sesuatu yang bergerak pasti ada penggerakannya, yang tidak di gerakkan oleh hal lain. Segala sesuatu yang ada ( mumkinat) tentu ada yang mengadakan ( Mujid), dan yang mengadakannya pasti ada ( wajibul-wujud). Sebab jika tidak demikian, tentu akan terjadi rangkaian silsilah yang tak berkesudahan. Yang "mengadakan" (Mujid) atau yang pasti ada (wajibul-wujud) ialah Tuhan.
Teleological Argument ialah, bahwa keteraturan alam ini menunjukkan adanya kehendak yang meliputi dan mengetahui segala sesuatu, termasuk semua sebab-musabab dan tujuannya.
Sedang Onotological Argument ialah, jika bahwa akal menggambarkan sesuatu yang besar berarti ia menggambarkan sesuatu yang lebih besar. Jika tidak demikian halnya, akal akan berhenti pada batas kebesaran yang tak dapat di lampauinya. Setiap ada sesuatu yang besar, pasti ada yang lebih besar dan yang lebih besar lagi,dan pada akhirnya akal menggambarkan sesuatu kebesaran yang tak mungkin ada bandingannya. Kebesaran yang tidak dilebihi oleh hal lain itu bukan semata-mata gambaran yang terdapat di dalam imaginasi, dan tidak pula terdapat di alam nyata. Karena, kebesaran yang benar-benar ada melebihi kebesaran yang dapat di bayangkan atau di gambarkan. Dengan demikian, Tuhan pasti ada, karena dia lebih jauh besar daripada semua yang ada.
Al-Qur'an Karim mengulang-ulang dalil atau argumentasi tersebut di berbagi ayat. Qur'an juga menegaskan bahwa adanya alam wujud ini menunjukkan adanya sang pencipta (Al Kholik), dan adanya aturan alam menunjukkan adanya sang pengatur yang berkehendak (Al -Mudabbir al-murid) . Menetapkan idealisme tertinggi mengenai sifat-sifat Tuhan yang lebih tinggi dari segala idea adalah masuk akal, dan dapat di mengerti.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمٰتِ وَالنُّوْرَ
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوّٰىۙ
(5) ذَٰلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (6) الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ (7) ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ (8) ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ (9)
اَمَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَاَنْزَلَ لَـكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً ۚ فَاَنْۢبَتْنَا بِهٖ حَدَآئِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ ۚ مَا كَانَ لَـكُمْ اَنْ تُـنْبِۢتُوْا شَجَرَهَا ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَّعْدِلُوْنَ ۗ
وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ
فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗ جَعَلَ لَـكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّ مِنَ الْاَنْعَامِ اَزْوَاجًا ۚ يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِ ۗ لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Dalil-dalil Qur'an yang menekankan masalah ke-Esa-an Tuhan sama dengan kaidah-kaidah yang menekankan masalah eksistensi-Nya. Bahkan, dalam aqidah Islam lebih keras dan lebih kuat tekanannya. Sebab,mengimani Tuhan yang Maha Esa lebih kokoh dan lebih benar daripada sekedar mempercayai adanya Tuhan. Kepercayaan adanya Tuhan lebih dari satu sungguh merusak pemahaman manusia tentang perasaan. Di samping itu,ia juga merusak pengertian manusia mengenai kewajiban moral dan keagamaan,serta pengetahuan manusia tentang hakikat manusia
Argumentasi Qur'an mengenai ke-Esa-an Tuhan amat menyakinkan dan tak dapat di bantah, kendatipun sementara ahli ilmu Kalam mengatakan,bahwa argumentasi itu bersifat retorik( khitabiyyah) untuk mengerahkan pembicaraan kepada kaum khawas dan awam,cerik pandai dan kaum yang tidak berilmu
Mengenai soal ke-Esa-an Tuhan itu ALLOH swt menandaskan:
لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ
قُلْ لَّوْ كَانَ مَعَهٗ ٓ اٰلِهَةٌ كَمَا يَقُوْلُوْنَ اِذًا لَّابْتَغَوْا اِلٰى ذِى الْعَرْشِ سَبِيْلًا
Anggapan seperti itu jelas tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan.Sebab, kesempurnaan yang mutlak tidak mungkin menjadi dua kesempurnaan yang sama mutlaknya.karena keabadian tidak mungkin menjadi dua keabadian. Lagi pula tidak mungkin ada dua eksistensi yang berpendapat sama mengenai awal dan akhir segala sesuatu, tidak berselisih tentang penilaian segala sesuatu, serta mengenai pelaksanaan segala yang hendak diperbuat. Jadi,pada hakikatnya bukanlah dua, melainkan satu eksistensi. Tidak ada sesuatu yang memisahkan dzat yang satu dari dzat yang lain. Sehingga dzat yang satu berubah menjadi dua dzat.
Seumpama ada beberapa tuhan, jika tuhan-tuhan tadi taat kepada Tuhan yang hakiki, tidak berbuat menyimpang dari qodho dan qadar-Nya, mereka pastilah makhluk yang tunduk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan hakiki itu.jika mereka tidak taat kepada-Nya, menyayangi-Nya, dan berusaha menjadi tuhan yang menguasai 'Arsy,maka semua urusan di alam wujud ini tidak akan beres dan sebaliknya menjadi kacau balau..
Bila seseorang muslim telah kembali kepada hikmah filsafat Qur'an mengenai masalah ketuhanan, berarti dari kitab suci agamanya ia telah memperoleh bekal berupa aqidah. Dengan aqidah itu ia dapat memperbaiki kekeliruan kepercayaan agama-agama lain, sebagaimana ia telah membetulkan kekeliruan kaum filosof. Jika semua agama di ditegakkan atas dasar iman, tidak ada apa pun yang berhak diimani selain Tuhan Yang Maha Esa. kepada-Nya-lah bergantung segala sesuatu, Yang Maha Mendengar,Maha Mengabulkan permohonan, yang tiada apapun serupa dengan-Nya,dan yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Jika filsafat di tegakkan berdasarkan analogi (qiyas).Analogi tersebut tidak dapat dibenarkan bila di dalamnya tidak terdapat kepastian yang tegas, yang memisahkan antara eksistensi yang abadi dan eksistensi yang dibatasi waktu.
DAFTAR PUSTAKA
‘Abas mahmud al-‘iqod,filsafat qur’aniyah,(mesir: Dar nahdhah)
2 comments for "الفلسفة القرآنية "الإله"| FISAFAT KETUHANAN"
To create this keto diet, certified nutritionists, fitness couches, and top chefs have joined together to provide keto meal plans that are productive, suitable, price-efficient, and fun.
Since their launch in January 2019, 1000's of individuals have already completely transformed their body and well-being with the benefits a great keto meal plan diet can give.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-proven ones offered by the keto meal plan diet.
(And actually, it has totally NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and absolutely EVERYTHING to do with "HOW" they are eating.)
P.S, I said "HOW", not "WHAT"...
Tap on this link to determine if this short test can help you discover your true weight loss potential
komentar di sini
Post a Comment