Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW di Mekah Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Mekah


Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW di Mekah  Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Mekah - Banyak yang perlu Kita teladani dari Kisah dakwah rosul dari kesabaran hingga meniju kesuksesan. Berikut kisah dakwah nabi Muhammad di Makkah.

1. Aqidah

Nabi Muhammad datang membawa ajaran tauhid. Ia sampaikan kepada kaum Quraisy bahwa Allah Maha Pencipta. Segala sesuatu di alam ini merupakan ciptaan Allah. Langit, bumi, matahari, bintang-bintang, laut, gunung, manusia, hewan, tumbuhan, batu-batuan, air, api, dan lain sebagainya semuanya itu diciptakan oleh Allah. Karena itu, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu sedangkan manusia lemah tak berdaya; dan Maha Agung (Mulia) sedangkan manusia rendah dan hina. Selain Maha Pencipta dan Maha Kuasa Allah juga Maha Pemurah. Ia pelihara seluruh makhlukNya dan Ia sediakan seluruh kebutuhannya, termasuk manusia. Selanjutnya, nabi juga nengajarkan bahwa Allah itu Maha Mengetahui. Allah mengajarkan manusia berbagai macam ilmu pengetahuan yang tidak diketahuinya dan cara-cara memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut.

Ajaran tauhid ini berbekas sangat dalam di hati nabi dan para pengikutnya sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat, mapan, dan tak tergoyahkan. Dengan kayakinan ini, para sahabat sangat percaya bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka dalam kesulitan dan penderitaan. Dengan keyakinan ini pula mereka percaya bahwa Allah akan memberikan kebahagiaan hidup bagi mereka. Dengan keyakinan ini pula para sahabat terbebas dari pengaruh kekayaan dan kesenangan duniawi. Dengan keyakinan ini pula para sahabat mampu bersabar dan bertahan serta tetap berpegang teguh pada agama ketika mereka mendapatkan tantangan dan siksaan yang amat keji dari pemuka-pemuka Quraisy. Dengan keyakinan seperti ini pulalah nabi Muhammad dapat mengatakan dengan mantap kepada Abu Thalib “paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan saya tinggalkan. Biarlah nanti Allah yang akan membuktikan apakah saya memperoleh kemenangan (berhasil) atau binasa karenanya”. Inilah yang menjadi rahasia mengapa Bilal bin Rabbah dapat bertahan atas siksaan yang ia terima dengan tetap mengucapkan “Allah Maha Esa” secara berulang-ulang.

2. Akhlak

Selain mengajarkan aqidah nabi juga mengajarkan akhlak kepada para sahabatnya. Dalam hal ini nabi Muhammad tampil sebagai teladan yang baik (ideal). Sejak sebelum ia menjadi nabi ia telah tampil sebagai sosok yang jujur sehingga ia digelar oleh masyarakatnya sebagai al amin (yang dapat dipercaya). Selain itu, nabi Muhammad merupakan sosok yang suka menolong dan meringankan beban orang lain, membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan dan persahabatan. Nabi Muhammad juga tampil sebagai sosok yang sopan, lembut, menghormati setiap orang, dan memuliakan tamu. Selain itu, nabi Muhammad juga tampil sebagai sosok yang berani tampil membela kebenaran, teguh pendirian, dan tekun dalam beribadah.

Selain memberikan keteladanan nabi Muhammad menganjurkan agar menjaga kebersihan pakaian, tempat tinggal dan lingkungan. Kebersihan merupakan pangkal kesehatan. Jika pakaian, tempat tinggal, dan lingkungan bersih semangat hidup akan timbul dan berbagai jenis penyakit dapat dihindari. Demikian pentingnya kebersihan sehingga nabi menyebutnya sebagai bagian dari iman dan ditetapkan sebagai salah satu syarat sah dalam beribadah. Bersih pakaian, tempat tinggal, dan lingkungan ternyata tidak cukup. Setiap orang Islam harus juga membersihkan hatinya dari berbagai jenis penyakit hati seperti dendam, iri, dengki, sombong, dan lain sebagainya. Dengan bersihnya hati seseorang akan terhindar dari tindakan keji seperti rasa benci, angkuh, pamer dan lain sebagainya.

Selanjutnya, nabi mengajarkan agar ikhlas dalam memberi. Memberikan sesuatu kepada orang lain haruslah didasarkan pada niat yang tulus karena Allah. Jadi jangan memberi karena ingin dipuji dan disebut sebagai seorang yang pemurah. Jangan pula memberi karena berharap akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dari yang telah diberikan. Selanjutnya, nabi menganjurkan agar menyayangi anak yatim. Menyayagi anak yatim tidak sekedar membantu mereka mencukupi kebutuhan hidupnya akan tetapi mengasuh, memelihara, dan mendidik mereka. Dengan demikian, menyayangi anak yatim berarti mencukupi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal mereka serta mempersiapkan masa depan kehidupan mereka.


Strategi Dakwah Rasululah di Mekah


1. Dakwah Secara Rahasia/Diam-diam (al Da’wah bi al Sirr)

Mengingat kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka berpegang pada keyakinan dan penyembahan berhala maka nabi Muhammad memulai dakwahnya secara diam-diam atau rahasia (bi al sirr). Cara ini dipilih agar kegiatan dakwah yang baru dimulai itu tidak terhambat dan layu sebelum berkembang. Oleh karena itu, nabi Muhammad memulai dakwahnya kepada keluarga dan sahabatnya. Orang pertama yang beriman pada kenabian dan kerasulan Muhammad adalah Khadijah (isterinya), Ali bin Abi Thalib (masih anak-anak), sepupu nabi yang kemudian menjadi menantunya, dan Zaid bin Haritsah, bekas budak nabi Muhammad.

Berdakwah secara diam-diam atau rahasia (al da’wah bi al sirr) dilaksanakan oleh nabi Muhammad selama tiga tahun. Sambil mengajak orang-orang untuk beriman kepadanya dan ajaran yang ia bawa, nabi Muhammad tampil dengan keteladanan yang tinggi. Kepribadiannya yang penuh dengan kasih sayang, rendah hati, berani, tutur kata yang lembut dan sopan, serta adil memberikan pesona yang amat tinggi dan menarik minat banyak orang untuk mempercayainya dan beriman kepadanya; terutama dari kalangan orang-orang miskin dan golongan budak

2. Dakwah Secara Terang-Terangan (al Da’wah di al Jahr)

Tiga tahun kemudian perintah Allah datang agar nabi Muhammad melakukan dakwah secara terang-terangan (al da’wah bi al jahr), melalui:

Surat al Syu’ara’( 26: 214 – 216):

وأنذر عشيرتك الأقربين واخفض جناحك لمن اتبعك من المؤمنين فأن عصوك فقل انى بريء مما تعملون

“Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah sayapmu kepada orang-orang beriman yang menjadi pengikutmu. Maka jika mereka tidak mematuhimu, katakanlah: ‘ak berlepas tangan dari segala yang kamu perbuat’”.

Surat al Hijir (15: 94):

فاصدع بما تؤمر وأعرض عن المشركين

“Maka teruskanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.

Berdasarkan perintah di atas, Muhammad mengundang makan keluarga-keluarganya dan dalam kesempatan itu ia mencoba mengajak mereka untuk beriman kepadanya dan ajaran yang ia bawa. Namun Abu Lahab, pamannya, menyetop pembicaraan itu. Keesokan harinya, nabi Muhammad mencoba melakukannya lagi. Setelah selesai makan, nabi Muhammad berseru kepada mereka: “saya tidak melihat ada seorang di kalangan Arab yang dapat membawakan sesuatu yang lebih baik dari pada yang saya bawakan untuk kamu semua. Saya bawakan untuk kamu semua dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah memerintahkan saya untuk mengajak kamu sekalian. Siapakah di antara kamu yang mau mendukung?” Semua yang hadir menolok ajakan nabi Muhammad dan bersiap-siap akan meninggalkan tempat. Tiba-tiba Ali berdiri, ketika itu ia masih anak-anak dan belum akil baligh, seraya berujar: “wahai rasulullah saya akan membantu anda, saya adalah lawan bagi siapa saja yang menentangmu”. Banu Hasyim tersenyum, dan ada pula yang tertawa terbahak-bahak sambil melihat secara bergantian kepada Abu Thalib dan Ali. Setelah itu, mereka meninggalkan Muhammad dengan penuh ejekan.

Hamzah dan Umar bin Khattab Masuk Islam


Suatu ketika, nabi Muhammad bertemu dengan Abu Jahal. Ia mencaci maki nabi Muhammad dan ajaran agama yag dibawanya. Ketika Hamzah, paman nabi dan saudara sepesusuannya merupakan seorang yang kuat dan ditakuti, mendengar peristiwa ini ia segera mencari Abu Jahal di Ka’bah. Sesampainya di sana ia langsung masuk ke mesjid menemui Abu Jahal dan memukul kepalanya dengan busur. Sejak peristiwa itu, Hamzah menyatakan keislamannya dan berjanji kepada nabi Muhammad akan membelanya dan akan berkorban di jalan Allah sampai akhir hayatnya.

Umar bin Khattab pada waktu masih amat muda, berusia kira-kira 30 – 35 tahun. Tubuhnya tegap dan kuat, emosional dan cepat naik darah, ia senang berfoya-foya dan mabuk-mabukan. Meski demikian ia seorang yang bijaksana dan lembut pada keluarga. Di antara kaum Quraisy Umar merupakan salah seorang yang paling keras menentang nabi dan kaum muslimin. Setelah peristiwa hijrah ke Abisinia, Umar merasa sedih dan kesepian. Ia membayangkan betapa sedih dan pilu hati mereka berpisah dengan keluarga, sahabat, dan tanah air mereka.

Ketika Umar mengetahui nabi Muhammad sedang mengadakan pertemuan di sebuah rumah di Safa bersama Hamzah, Ali, Abu Bakar, dan yang lainnya, iapun pergi ke sana untuk membunuh Muhammad. Namun di tengah perjalanan ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah dan berkata kepadanya: “Umar, kamu menipu diri sendiri. Apakah anda kira keluarga Abdul Manaf aakan membiarkan anda setelah membunuh Muhammad? Lebih baik kamu pulang dan uruslah keluargamu sendiri!” ketika itu, tanpa diketahui oleh Umar seorang saudara perempuannya bernama Fatimah bersama suaminya Sa’id bin Zaid telah memeluk Islam. Setelah peristiwa itu diceritakan oleh Nu’aim, Umar buru-buru pulang dan menemui suami isteri tersebut. Sampai di depan pintu Umar mendengar suara orang membaca al Quran. Merasa ada yang datang, orang yang membaca itu bersembunyi dan Fatimah menyembunyikan lembaran yang dibaca.

Saya mendengar suara orang membaca sesuatu, bacaan apa itu? Tanya Umar. Karena tidak ada jawaban, Umar membentuk dengan lantang: “saya sudah tahu kamu menjadi pengikut Muhammad dan menganut agamanya!” sembari memukul Sa’id dengan keras. Fatimah berusaha menghalangi namun iapun terkena pukulan Umar. Kedua suami isteri itu bercucuran darah, sambil menahan sakit dan marah kedua menjawab: “ ya, kami sudah masuk Islam, sekarang lakukanlah apa saja sekehendakmu!”. Melihat darah bercucuran Umar gelisah, menyesal dan iba. Dimintanya lembaran yang dibaca oleh Fatimah dan suaminya. Setelah membaca lembaran itu, wajah Umar berubah dan hatinya bergetar serta merasa ada seruan yang demikian luhur.

Setelah itu Umar keluar rumah dengan hati dan jiwa yang tenang. Ia langsung menuju ke tempat nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya mengadakan pertemuan di Safa. Setelah meminta izin dan masuk, iapun menyatakan dirinya menjadi pengikut nabi, menjadi seorang muslim dihadapan nabi dan sahabat-sahabatnya. Peristiwa ini sangat menggembirakan nabi dan sahabat-sahabatnya. Dengan Islamnya Hamzah dan Umar kaum muslimin mendapatkan kekuatan yang besar, dan kedudukan Quraisy mulai lemah dan berkurang.


Hijrah ke Abisinia (Habsyi)


Untuk menghindari bahaya penyiksaan, nabi Muhammad menyarankan kepada para pengikutnya untuk hijrah ke Abisinia (Habsyi). Para sahabat pergi ke Abisinia dengan dua kali hijrah. Hijrah pertama sebanyak 15 orang; sebelas orang laki-laki dan empat orang perempuan. Mereka berangkat secara sembunyi-sembunyi dan sesampainya di sana mereka mendapatkan perlindungan yang baik dari Najasyi (sebutan untuk raja Abisinia). Ketika mendengar keadaan Mekah telah aman merekapun kembali lagi. Namun mereka kembali mendapatkan siksaan melebihi dari sebelumnya. Karena itu, mereka kembali hijrah untuk yang kedua kalinya ke Abisinia (tahun kelima dari kenabian atau tahun 615 M). kali ini mereka berangkat sebanyak 80 orang laki-laki, dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib. Mereka tinggal di sana hingga sesudah nabi hijrah ke Yasrib (Madinah). Peristiwa hijrah ke Abisinia ini dipandang sebagai hijrah pertama dalam Islam.

Peristiwa hijrah ke Abisinia ini sungguh tidak menyenangkan kaum Quraisy dan menimbulkan kekhawatiran yang sangat besar. Ada dua hal yang dikhawatirkan oleh kaum Quraisy, yaitu: pertama, kaum muslimin akan dapat menjalin hubungan yang luas dengan masyarakat Arab; dan kedua, kaum muslimin akan menjadi kuat dan kembali ke Mekah untuk menuntut balas. Oleh karena itu, mereka mengutus Amr bin ‘Ash dan Abdullah bin Rabi’ah kepada Najasyi agar sudi menyerahkan kaum muslimin yang berhijrah ke sana. Dengan mempersembahkan hadiah yang besar kepada Najasyi kedua utusan itu berkata: “paduka raja, mereka yang datang ke negeri tuan ini adalah budak-budak kami yang tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka dan tidak pula menganut agama paduka (Kristen); mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri, yang tidak kami kenal dan tidak juga paduka. Kami diutus oleh pemimpin-pemimpin mereka, orang-orang tua mereka, paman-paman mereka, dan keluarga-keluarga mereka supaya paduka sudi mengembalikan orang-orang itu kepada pemimpin-pemimpin kami. Mereka lebih tahu betapa orang-orang itu mencemarkan dan mencerca agama mereka”.


Perjanjian Aqabah


Keras penolakan dan perlawanan Quraaisy, mendorong nabi Muhammad melancarkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab di luar suku Quraisy. Dalam melakukan dakwah ini, nabi Muhammad tidak saja menemuimu mereka di Ka’bah pada saat musim haji, namun ia mendatangi perkampungan dan tempat tinggal para kepala suku. Tanpa diketahui oleh seorangpun, nabi Muhammad pergi ke Taif. Di sana ia menemui Sakif dengan harapan agar ia dan masyarakatnya mau menerimanya dan memeluk Islam. Sakif dan masyarakatnya menolak nabi dengan kejam. Meski demikian nabi berlapang dada dan meminta Sakif untuk tidak menceritakan kedatangannya ke Taif agar ia tidak mendapat malu dari orang Quraisy. Permintaan itu tidak dihiraukan oleh Sakif, bahkan ia menghasut masyarakatnya untuk mengejek, menyoraki, mengusir dan melempari nabi. Selain itu nabi mendatangi bani Kindah, bani Kalb, bani Hanifah, dan bani Amir bin Sa‘sa’ah ke rumah-rumah mereka. Tak seorangpun dari mereka yang mau menyambut dan mendengar dakwah nabi. Bahkan, bani Hanifah menolok dengan cara yang sangat buruk sekali. Sedangkan Amir menunjukkan ambisinya, ia mau menerima jakan nabi dengan syarat jika nabi memperoleh kemenangan maka kekuasaan harus berada di tangannya.


Hijrah ke Madinah


Peristiwa ikrar Aqabah Kedua ini diketahui oleh orang-orang Quraisy. Sejak itu tekanan, intimidasi dan siksaan terhadap kaum muslimin semakin meningkat. Kenyataaan ini mendorong nabi segera memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yasrib. Dalam waktu dua bulan saja, hampir seluruh kaum muslimin, sekitar 150 orang telah berangkat ke Yasrib. Hanya Abu bakar dan Ali yang masih menjaga dan membela nabi di Mekah. Akhirnya, nabipun hijrah setelah mendengar rencana Quraisy yang ingin membunuhnya.

Nabi Muhammad dengan ditemani oleh Abu bakar berhijrah ke Yasrib. Sesampai di Quba, 5 km dari Yasrib, nabipun beristirahat dan tinggal di sana beberapa hari lamanya. Nabi menginap di rumah umi Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah mesjid. Inilah mesjid pertama yang di bangun pada masa Islam yang kemudian dikenal dengan masjid Quba. Tak lama kemudian Ali datang menyusul nabi, setelah ia menyelesaikan amanah orang-orang kepada nabi yang diserahkan nabi kepadanya pada saat berangkat hijrah.

ketika nabi memasuki Yasrib, ia dielu-elukan oleh penduduk kota itu dan menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan

1 comment for "Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW di Mekah Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Mekah "

Blogger February 29, 2020 at 3:50 PM Delete Comment
You should see how my buddy Wesley Virgin's story starts in this shocking and controversial VIDEO.

You see, Wesley was in the army-and shortly after leaving-he found hidden, "MIND CONTROL" tactics that the CIA and others used to obtain whatever they want.

As it turns out, these are the EXACT same tactics tons of celebrities (especially those who "come out of nothing") and elite business people used to become wealthy and successful.

You probably know that you use less than 10% of your brain.

That's mostly because most of your brain's power is UNCONSCIOUS.

Maybe this expression has even taken place INSIDE your own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head about 7 years back, while driving an unlicensed, beat-up trash bucket of a car with a suspended driver's license and with $3 in his pocket.

"I'm so fed up with going through life payroll to payroll! When will I become successful?"

You took part in those conversations, ain't it right?

Your success story is going to start. Go and take a leap of faith in YOURSELF.

UNLOCK YOUR SECRET BRAINPOWER