Download Kamus Al-Munawwir (Arab-Indonesia)
Kamus Al-Munawwir (Arab-Indonesia) merupakan kamus terpopuler dikalangan masyarakat Indonesia khususnya para santri yang terkenal mempelajari kitab kuning bahkan kitab gundul.
Kamus setebal 1634 halaman itu menjadi satu diantara peninggalan keilmuan KH Ahmad Warson yang juga murid dari KH Ali Maksum pengasuh awal Ponpes Krapyak setelah ditinggal pendirinya KH M Moenawir pada Juli 1942.
Pada masa beliau masih sugeng seorang santri Tebu Ireng sowan kepada Beliau, kisah ini diambil dari salah satu blog mangsantri. Pada saat sowan, beliau menuturkan bahwa beliau lahir pada 22 sya'ban tahun wawu.
Bagaimana pengalaman mondok Pak Kiai dahulu?
Saya pondoknya ya hanya di Krapyak, satu-satunya guru saya KH. Aly Maksum itu, pada waktu itu ya hanya di Krapyak ini, dalam perjalanan selama mondok lebih tertarik pada bahasa Arab makanya bisa nyusun kamus Al-Munawwir ini.
Bisa bercerita tentang proses penulisan kamus Al–Munawwir yang Kiai susun dan telah tersebar di Indonesia ini?
Waktu itu memang orang itu menggunakan kamus Al-Munjid. Ini kan makin hari makin mengalami kesulitan, menurut hemat saya makin mengalami kesulitan kamus yang Arab-arab itu. Dari situ ada inisiatif memberikan sumbangsih dalam khazanah keilmuan, khususnya bahasa Arab, menyusunnya mungkin lebih dari lima tahun. Dikoreksi oleh Kiai Aly Maksum itu saja lama sekali. Mungkin lebih dari lima tahun sejak tahun 1960-an, memang tidak sebentar tapi itulah proses. Makanya untuk para santri juga harus bisa menjalani prosesnya dengan baik.
Saya mulai menyusun kamus Al-Munawwir sekitar tahun 1958 yang Arab-Indonesia. Waktu saya menyusun kamus itu masih ada Mbah Ali Maksum yang mentashih kamus tersebut sambil tiduran di sini (ruang tamu rumah beliau, red.) sambil dipijiti, lalu saya membacakan perkata dan kalau ada yang kurang pas beliau akan bilang “diganti..diganti..”, Beliau itu kakak ipar saya yang tertua. Sementara untuk yang Arab-Indonesia-Inggris, insyaallah akan terbit, yang menulis anak saya (Gus Fairus). Arab dan Indonesia saya yang susun, kalau inggrisnya anak saya. Sekarang sedang dalam proses percetakan.
Kamus setebal 1634 halaman itu menjadi satu diantara peninggalan keilmuan KH Ahmad Warson yang juga murid dari KH Ali Maksum pengasuh awal Ponpes Krapyak setelah ditinggal pendirinya KH M Moenawir pada Juli 1942.
Cara menggunakan Kamus Al-Munawwir
Untuk mencari suatu kata di kamus tersebut dibutuhkan kunci ilmu shorof karena kita perlu mencari akar kata asli yang tiga huruf itu. Baru, setelah akar kata utama, ada fiil2 yang telah diberi tambahan huruf, atau bentuk isimnya, atau bentuk isim fa’il/ma’fulnya. Misalnya, kita takkan menemukan arti kata muslimun di indeks huruf mim. Tapi kita akan menemukannya di bab huruf sin-lam-mim (س – ل – م). Dan takkan ketemu kalimat tajdiid di indeks Ta’ tapi kita akan menemukannya di indeks jim-dal-dal (ج – د – د)
Jika kita membuka kamus ini dan ingin mengetahui arti suatu kata, maka yang pertama tama dilakukan adalah mencari bentuk aslinya (mujarrod)nya. Untuk mengetahui bentul asli (mujarrod) dari suatu kalimat, maka langkah langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Hilangkan dhomir dhomir yang menempel dan juga huruf huruf tambahan.(misalnya alif-lam ta’rif, atau alamat tatsniyah dan jamak dan ta’niits)
2. Kembalikan huruf illah ke asalnya (wawu atau ya’i). Jika ia berupa fiil mu’tal maka huruf asli dapat diketahui dari fiil mudhorinya atau masdarnya. Misal; Asli dari كان adalah كون | Asli dari باع adalah بيع
3. Jika ternyata kata yang hendak dicari itu dari jenis mudhoo’af maka uraikanlah. Misalnya: اشتدّ — شدّ — ش د د
4. Cari huruf asli yang dihilangkan (mahdzuf) jika ia dihilangkan dengan cara menelaah kembali bentuk lain dari kalimat tersebut misalnya dari masdarnya, atau mutsannanya atau jamak atau bentuk (shighoh) fiil yang lain atau menyandarkan fiil kepada dhomir dhomir dan lainnya.
Jika kita membuka kamus ini dan ingin mengetahui arti suatu kata, maka yang pertama tama dilakukan adalah mencari bentuk aslinya (mujarrod)nya. Untuk mengetahui bentul asli (mujarrod) dari suatu kalimat, maka langkah langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Hilangkan dhomir dhomir yang menempel dan juga huruf huruf tambahan.(misalnya alif-lam ta’rif, atau alamat tatsniyah dan jamak dan ta’niits)
2. Kembalikan huruf illah ke asalnya (wawu atau ya’i). Jika ia berupa fiil mu’tal maka huruf asli dapat diketahui dari fiil mudhorinya atau masdarnya. Misal; Asli dari كان adalah كون | Asli dari باع adalah بيع
3. Jika ternyata kata yang hendak dicari itu dari jenis mudhoo’af maka uraikanlah. Misalnya: اشتدّ — شدّ — ش د د
4. Cari huruf asli yang dihilangkan (mahdzuf) jika ia dihilangkan dengan cara menelaah kembali bentuk lain dari kalimat tersebut misalnya dari masdarnya, atau mutsannanya atau jamak atau bentuk (shighoh) fiil yang lain atau menyandarkan fiil kepada dhomir dhomir dan lainnya.
Kisah Pengarang
Pada masa beliau masih sugeng seorang santri Tebu Ireng sowan kepada Beliau, kisah ini diambil dari salah satu blog mangsantri. Pada saat sowan, beliau menuturkan bahwa beliau lahir pada 22 sya'ban tahun wawu.
Bagaimana pengalaman mondok Pak Kiai dahulu?
Saya pondoknya ya hanya di Krapyak, satu-satunya guru saya KH. Aly Maksum itu, pada waktu itu ya hanya di Krapyak ini, dalam perjalanan selama mondok lebih tertarik pada bahasa Arab makanya bisa nyusun kamus Al-Munawwir ini.
Bisa bercerita tentang proses penulisan kamus Al–Munawwir yang Kiai susun dan telah tersebar di Indonesia ini?
Waktu itu memang orang itu menggunakan kamus Al-Munjid. Ini kan makin hari makin mengalami kesulitan, menurut hemat saya makin mengalami kesulitan kamus yang Arab-arab itu. Dari situ ada inisiatif memberikan sumbangsih dalam khazanah keilmuan, khususnya bahasa Arab, menyusunnya mungkin lebih dari lima tahun. Dikoreksi oleh Kiai Aly Maksum itu saja lama sekali. Mungkin lebih dari lima tahun sejak tahun 1960-an, memang tidak sebentar tapi itulah proses. Makanya untuk para santri juga harus bisa menjalani prosesnya dengan baik.
Saya mulai menyusun kamus Al-Munawwir sekitar tahun 1958 yang Arab-Indonesia. Waktu saya menyusun kamus itu masih ada Mbah Ali Maksum yang mentashih kamus tersebut sambil tiduran di sini (ruang tamu rumah beliau, red.) sambil dipijiti, lalu saya membacakan perkata dan kalau ada yang kurang pas beliau akan bilang “diganti..diganti..”, Beliau itu kakak ipar saya yang tertua. Sementara untuk yang Arab-Indonesia-Inggris, insyaallah akan terbit, yang menulis anak saya (Gus Fairus). Arab dan Indonesia saya yang susun, kalau inggrisnya anak saya. Sekarang sedang dalam proses percetakan.
Begitulah cerita sedikit tentang beliau. Bagi yang ingin mendownload kamus ini silahkan klik link dibawah ini:
Post a Comment for "Download Kamus Al-Munawwir (Arab-Indonesia)"
komentar di sini
Post a Comment