Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mimpi Bertemu Rosulullah, Benarkah?

Karena didalam Islam sangatlah dilarang mempelajari sihir / ilmu dukun karena dapat dipastikan menyekutukan Allah SWT.

Bukan hanya satu dua kali ada seorang yang mengaku bermimpi Rasulullah, dulu ustadz Abdussomad menceritakan berdasarkan mimpi Rasulullah untuk mendukung Prabowo saat pilpres. kemudian mimpi bertemu Rasulullah yang dinisbatkan kepada Habib Umar bin Hafidz dan kiyai Touifur Ali Wafa terkait dengan pimpinan FPI Habib Riziq Sihab berpesan untuk menaati pimpinan mereka. Apa yang jadi dawuhnya pimpinan mereka itu, dawuhnya kanjeng Nabi. dan ternyata setelah diklarifikasi langsung oleh Habib Umar bin Hafidz dan Kiyai Toifur Ali Wafa ternyata kabar yang viral itu adalah bohong bahwa keduanya tidak pernah bermimpi Rasulullah terkait hal itu.

Dulu pada saat gencar gencarnya seorang yang bernama Haikal Hasan saat memberikan sambutan pemakaman 6 pengawal Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab yang tewas ditembak pada Senin (7/12/2020) di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 juga mengaku dan bersumpah bertemu rasulullah dan bersaksi bahwa ke 6 korban yang tewas adalah syuhada dan sedang bahagia bersama rasulullah.

Terkait mimpi bertemu Rasulullah memang sangat mungkin dan boleh bahkan merupakan karomah, namun sangat sulit untuk mengklarifikasi dan memvalidasi kebenarannya. Abu Hurairah Ra meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

 وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي حَقًّا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihatku secara benar. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai bentukku. Barangsiapa yang berdusta atasku secara sengaja maka ia telah mengambil tempat duduk dalam neraka”. [HR Bukhâri dan Muslim]

Terlepas dari benar bermimpi rasulullah atau tidak, kalau bohong, maka sungguh dia sangat berani mengatasnamakan rasulullah atas apa yang ia katakan padahal rasulullah tidak mengatakan sama sekali maka nerakalah tempatnya kembali dan ini merupakan perbuatan merusak agama dari dalam.

Adapun bila benar bermimpi rasulullah pun dalam hal ini apakan perbuatan dan ucapannya bisa dibenarkan, bisa menjadi hujjah dan diamalkan  ?. Terkait masalah ini as-Saukani menyebutkan ada 3 pendapat; 1) Bisa digunakan sebagai hujjah dan dapat diamalkan yang berpendapat demikian adalah jama'ah dari ahli ilmu diantaranya al-Ustad Abu Ishaq karena bermimpi Nabi adalah benar dimana syaitan tidak dapat menyerupai Nabi. 2) Tidak dapat dijadikan hujjah dan tidak bisa untuk menetapkan hukum syar'i karena bermimpi nabi meskipun mimpinya benar dan syaitan tidak bisa menyerupai nya namun seorang yang tidur bukan termasuk ahli membawa riwayat (ahli at-Tahamul) karena tidak dapatnya menghafal (hifdzi). 3) boleh diamalkan selama tidak menyelisihi syara' yang telah ditetapkan. (Wizarah al-Auqaf wa as-Syuun al-Islamiyah Kuwait, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, [Mesir: Dar as-Shafwah], juz 22, halaman 11). 

Imam Nawawi berkata, 

مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ مَعْنَى الْحَدِيثِ أَنَّ رُؤْيَتَهُ صَحِيحَةٌ وَلَيْسَتْ مِنْ أَضْغَاثِ الْأَحْلَامِ وَتَلْبِيسِ الشَّيْطَانِ وَلَكِنْ لَا يَجُوزُ إِثْبَاتُ حُكْمٍ شَرْعِيٍّ بِهِ لِأَنَّ حَالَةَ النَّوْمِ لَيْسَتْ حَالَةَ ضَبْطٍ وَتَحْقِيقٍ لِمَا يَسْمَعُهُ الرَّائِي وَقَدِ اتَّفَقُوا عَلَى أَنَّ مِنْ شَرْطِ مَنْ تُقْبَلُ رِوَايَتُهُ وَشَهَادَتُهُ أَنْ يَكُونَ مُتَيَقِّظًا لَا مغفلا ولا سىء الْحِفْظِ وَلَا كَثِيرَ الْخَطَأِ وَلَا مُخْتَلَّ الضَّبْطِ وَالنَّائِمُ لَيْسَ بِهَذِهِ الصِّفَةِ فَلَمْ تُقْبَلْ رِوَايَتُهُ لِاخْتِلَالِ ضَبْطِهِ هَذَا كُلُّهُ فِي مَنَامٍ 

"Barang siapa melihatku didalam tidurnya maka sungguh ia telah melihatku. makna hadis bahwa melihat nabi benar adanya dan bukan mimpi yang kacau/sulit dita'wili serta bukan pemalsuan syaitan namun tidak boleh sebagai penetapan hukum syar'i  karena kondisi tidur bukanlah kondisi dhobth dan tahqiq terhadap apa yang didengar oleh orang yang mimpi tersebut. Ulama telah bersepakat bahwasanya diantara syarat seseorang diterima riwayatnya dan persaksiannya adalah ia harus dalam keadaan terjaga, bukan dalam keadaan lalai, buruk hafalan, banyak salahnya, dan tidak beres dhobithnya. Dan orang yang sedang tidur tidak memiliki sifat-sifat ini maka tidaklah diterima riwayatnya karena ketidakberesan dhobithnya." ( Abu zakariya Muhyiddin Yahya Bin Syarof an-Nawai, Syarah Nawawi Ala Muslim [Bairut: Dar Ihya Turost al-Arobi], juz 1, halaman 115).

Dari pemaparan tersebut menurut hemat penulis apa yang dikatakan oleh Haikal Hasan terkait 6 korban penembakan dengan mati syahid dan sudah bersama rasulullah perlu dipertanyakan dan divalidasi karena bersumber dari mimpi, itupun bila ia benar-benar mimpi bertemu rasulullah dan mengatakan demikin. Namun sudah berulang kali kelompok ini berbohong dengan mengatasnamakan bermimpi bertemu rosulullah sebagai cara untuk membenarkan diri dan mencari simpati orang-orang yang kurang faham dengan sepak terjang mereka. Wallahu A'lam Bissowab.

Muhamad Hanif Rahman, pengajar pada Pesantren Al-Iman Bulus, Purworejo dan Wakil Sekretaris Pengurus Cabang Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Kabupaten Purworejo 

Post a Comment for "Mimpi Bertemu Rosulullah, Benarkah?"