Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Taat Kepada Alloh dan Rosul Nya -Tafsir Asasi


Nabi Muhammad SAW telah berjuang selama lebih kurang 23 tahun membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang.Beliaulah yang berjasa besar membebaskan umat manusia dari belenggu kemusyrikan, kekufuran, dan kebodohan.Berbagai penderitaan beliau alami dalam perjuangan itu; dihina, dikatakan gila, tukang sihir, penyair, disakiti, dan hendak dibunuh tapi semuanya itu tidak menyurutkan hati beliau untuk tetap berjuang membebaskan umat manusia. 

Nabi sangat mencintai umatnya. Beliau hidup dan bergaul serta dapat merasakan denyut nadi mereka.Beliau sangat menyayangi umatnya.Beliau ikut menderita dengan penderitaan umat dan sangat menginginkan kebaikan untuk mereka termasuk dalam penyempurnaan akhlaq. Sehingga umat islam yang hidup ditengah-tengah beliau sangat menjunjung akhlaq kepada Rasulullah SAW. Namun sejalan dengan perkembangan zaman keadaan semakin memburuk dikalangan umat islam. Bentuk kecintaan, kemuliaan, ketaatan, dan kepatuhan sebagai wujud berakhlaq kepada Rasullah SAW dikalangan umatnya saat ini agak menyimpang dari yang seharusnya . 


A. Ayat dan Tafsir Alquran tentang Taat Kepada Allah dan Rasulullah 

Perintah taat kepada Allah dan Rasulullah serta larangan syirik Q.S. Ali Imran 132 dan An Nisa ayat 48:

· وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ 

yang artinya Dan taatilah Allah dan Rasul, termasuk kamu memeriksa rahmat. 

· إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا 

Yang artinya Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. 

B. Beriman kepada para rasul dan tanpa membeda-bedakan surah al baqoroh ayat 285. 

· آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ 

Dan artinya “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". 

C. Penyimpangan yahudi dan nasrani surah AT Taubah ayat 30 dan al Madinah ayat 73. 

AT-Taubah ayat 30 

· وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ 

Yang artinya “Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” 

Al madinah ayat 73 

· لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ 

Yang artinya “Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” 

C. Inkarussunnah Menurut Ulama 

1) Pengertian Inkarussunnah 

Inkar sunnah terdiri dari dua kata yaitu Inkar dan Sunnah. Inkar, menurut bahasa, artinya “menolak atau mengingkari”, berasal dari kata kerja, ankara-yunkiru. Sedangkan Sunnah, menurut bahasa mempunyai beberapa arti diantaranya adalah, “jalan yang dijalani, terpuji atau tidak,” suatu tradisi yang sudah dibiasakan dinamai sunnah, meskipun tidak baik. Secara definitif Ingkar al-Sunnah dapat diartikan sebagai suatu nama atau aliran atau suatu paham keagamaan dalam masyarakat Islam yang menolak atau mengingkari Sunnah untuk dijadikan sebagai sumber dan dasar syari’at Islam.[1]

Secara bahasa pengertian hadits dan sunnah sendiri terjadi perbedaan dikalangan para uama, ada yang menyamakan keduanya dan ada yang membedakan. Pengertian keduanya akan disamakan seperti pendapat para muhaditsin, yaitu suatu perkataan, perbuatan, takrir dan sifat Rauslullah saw. Sementara Nurcholis Majid berpendapat bahwa yang terjadi dalam sejarah Islam hanyalah pengingkaran terhadap hadits Nabi saw, bukan pengingkaran terhadap sunnahnya. Norcholis Majid membedakan pengertian hadits dengan Sunnah. Sunnah menurut beliau adalah pemahaman terhadap pesan atau wahyu Allah dan teladan yang diberikan Rasulullah dalam pelaksanaannya yang membentuk tradisi atau sunnah. Sedangkan hadits merupakan peraturan tentang apa yang disabdakan Nabi saw. atau yang dilakukan dalam praktek atau tindakan orang lain yang didiamkan beliau (yang diartikan sebagai pembenaran). 

Kata “Ingkar Sunnah” dimaksudkan untuk menunjukkan gerakan atau paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadits atau sunnah sebagai sumber kedua hukum Islam: 

Menurut Imam Syafi’I, Sunnah Nabi saw ada tiga macam: 
  1. Sunnah Rasul yang menjelaskan seperti apa yang dinas-kan oleh Alqur’an. 
  2. Sunnah Rasul yang menjelaskan makna yang dikehendaki oleh Alqur’an. Mengenai kategori
  3. kedua ini tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama. Sunnah Rasul yang berdiri sendiri
  4. yang tidak ada kaitannya dengan Alqur’an.[2]
2) Argumen-argumen Penguat Inkarussunnah 

Memang cukup banyak argumen yang telah dikemukakan oleh mereka yang berpaham inkar as-sunnah, baik oleh mereka yang hidup pada zaman al-Syafi’i maupun yang hidup pada zaman sesudahnya. Dari berbagai argumen yang banyak jumlahnya itu, ada yang berupa argumen-argumen naqli (ayat Al-Qur’an dan Hadits) dan ada yang berupa argumen-argumen non-naqli. Dalam uraian ini, pengelompokan kepada dua macam argumen tersebut digunakan: 

1.Argumen- argumen Naqli 

Yang dimaksud dengan argumen-argumen naqli tidak hanya berupa ayat-ayat Al-Qur’an saja, tetapi juga berupa sunnah atau Hadits Nabi. Memang agak ironis juga bahwa mereka yang berpaham inkar as-sunnah ternyata telah mengajukan sunnah sebagai argumen membela paham mereka. 

2. Argumen-argumen Non-Naqli 

Yang dimaksud dengan argumen-argumen non-naqli adalah argumen-argumen yang tidak berupa ayat Al-Qur’an dan atau Hadits-Hadits. Walaupun sebagian dari argumen-argumen itu ada yang menyinggung sisi tertentu dari ayat Al-Qur’an ataupun Hadits Nabi, namun karena yang dibahasnya bukanlah ayat ataupun matan Haditsnya secara khusus, maka argumen-argumen tersebut dimasukkan dalam argumen-argumen non-naqli juga. 

Ternyata argumen yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi para pengingkar sunnah memiliki banyak kelemahan, misalnya : 

a) Pada umumnya pemahaman ayat tersebut diselewengkan maksudnya sesuai dengan kepentingan mereka. Surat an-Nahl ayat 89 yang merupakan salah satu landasan bagi kelompok ingkar sunnah untuk maenolak sunnah secara keseluruhan. Menurut al-Syafi’i ayat tersebut menjelaskan adanya kewajiban tertentu yang sifatnya global, seperti dalam kewajiban shalat, dalam hal ini fungsi hadits adalah menerangkan secara tehnis tata cara pelaksanaannya. Dengan demikian surat an-Nahl sama sekali tidak menolak hadits sebagai salah satu sumber ajaran. Bahkan ayat tersebut menekankan pentingnya hadits. 

b) Surat Yunus ayat 36 yang dijadikan sebagai dalil mereka menolak hadits ahad sebagai hujjah dan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan istilah zhanni adalah tentang keyakinan yang menyekutukan Tuhan. Keyakinan itu berdasarkan khayalan belaka dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Keyakinan yang dinyatakan sebagai zhanni pada ayat tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dan tidak ada kesamaannya dengan tingkat kebenaran hasil penelitian kualitas hadits. Keshahihan hadits ahad bukan didasarkan pada khayalan melainkan didasarkan pada metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan.[3]

D. Sebab-sebab Kesesatan Yahudi dan Nasrani 

Islam sebagai agama yang sempurna telah membimbing umatnya agar pandai-pandai memposisikan sikap lemah lembut dan tegas sesuai dengan tempat dan keadaannya. Sebuah prinsip yang sebenarnya terkait erat dengan kadar keimaman, ilmu dan keadilan seorang muslim. Sikap lemah-lembut tanpa ketegasan adalah kelemahan iman. Sebaliknya ketegasan tanpa kelemah-lembutan merupakan sebuah kebodohan. Demikian pula, bila salah dalam menempatkan salah satu dari kedua sikap tersebut maka ini tak lain adalah kezaliman. Ternyata Al Qur’an dan As Sunnah –sebagai landasan pijak agama ini– menjadi saksi abadi atas bimbingan tersebut. Tak mengherankan, karena keduanya tidak lain adalah wahyu dari Dzat yang Maha Mengetahui segala apa yang ada di alam semesta ini. Terlebih bimbingan Islam terhadap penganutnya dalam menghadapi musuh bebuyutan mereka, Yahudi dan Nashrani, yang selalu berpegang teguh dengan kebatilan dan makar yang keji. Oleh karena itu, sudah saatnya umat ini mengetahui prinsip apakah yang harus diyakini didalam menyikapi mereka sehingga terselamatkan dari segala kehinaan dan keterpurukan? 

Prinsip Islam Terhadap Yahudi dan Nashrani: 

a) Islam dengan tegas menyatakan bahwa Yahudi dan Nashrani adalah orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman : 

(yang artinya): “Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah itu adalah Al Masih bin Maryam”. (Al Maidah: 17 dan 72). Di ayat lainnya, Allah juga berfirman : 

(yang artinya): “Sungguh telah kafirlah orang-orang yang menyatakan: “Sesungguhnya Allah adalah salah satu dari tuhan yang tiga (keyakinan trinitas)”. (Al Maidah: 73). 

b) Tentang Yahudi, Allah menyatakan kekafiran mereka dengan firman-Nya: 

(yang artinya): “Dan mereka (orang-orang Yahudi) mengatakan: “Hati kami telah tertutup” –sampai pada ucapan Allah– “Dan bagi orang-orang kafir itu adzab yang menghinakan”. (Al-Baqarah: 88-90). 

Yahudi dan Nashrani adalah kaum yang telah dilaknat Allah Ta’ala. Hal ini ditandaskan sendiri oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya : 

(artinya): “Telah dilaknat Allah orang-orang kafir dari Bani Israil (Yahudi dan Nashrani) melalui lisan Nabi Daud dan Isa bin Maryam”. (Al Maidah: 78). 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: 

“Laknat Allah kepada Yahudi dan Nashrani”. (Muttafaqun ‘alaihi). 

c) Yahudi adalah orang-orang yang dimurkai, dan Nashrani adalah orang-orang yang disesatkan Allah Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: 

“Sesungguhnya Yahudi itu adalah kaum yang dimurkai Allah sedangkan Nashrani adalah kaum yang tersesat”. (H.R Tirmidzi dengan sanad shahih). 

d) Yahudi dan Nashrani telah mengubah-ubah keaslian kitab suci mereka (Taurat dan Injil) dalam rangka mengikuti hawa nafsu mereka. 

Allah Ta’ala berfirman : 

(yang artinya): “Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri (karangan mereka) lalu berkata: “Ini datang dari Allah” dengan maksud untuk memperoleh keuntungan (dunia) yang sedikit”. (Al Baqarah: 79). 

Kalaupun seandainya mereka tidak melakukan perbuatan jahat ini, mereka tetap diperintah untuk mengikuti Al Qur’an atau Nabi Shalllahu ‘alaihi wassalam. Allah berfirman : 

(artinya): “Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (Al A’raaf: 158). 

e) Yahudi dan Nashrani selalu memendam kedengkian terhadap kaum muslimin. Allah beritakan isi hati mereka ini di dalam firman-Nya : 

(yang artinya): “Sebagian besar Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) menginginkan agar mereka dapat memurtadkan kalian (kaum muslimin) setelah kalian beriman. Hal itu disebabkan kedengkian yang ada pada diri mereka”. (Al Baqarah: 109). 

f) Kedengkian mereka akan timbul dan menyala-nyala tatkala kaum muslimin mendapatkan kebaikan dari Allah. Allah berfirman : 

(artinya): “Orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkan suatu kebaikan kepada kalian (kaum muslimin) dari Tuhan kalian”. (Al Baqarah: 105). 

g) Maka tak aneh kalau Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha sampai kaum muslimin mengikuti agama kufur mereka. Allah mengingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman tatkala berfirman (yang artinya): 

“Dan selama-lamanya Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka”. (Al Baqarah: 120). 

h) Puncak upaya Yahudi dan Nashrani agar kaum muslimin murtad dari agamanya adalah dengan perang. Segala puji bagi Allah yang telah membongkar makar jahat mereka seiring dengan firman-Nya : 

(artinya): “Mereka (Yahudi dan Nashrani) tidak henti-hentinya memerangi kalian (kaum muslimin) sampai mereka mampu memurtadkan kalian seandainya mereka sanggup”. (Al Baqarah: 217). 

i) Untuk menghadapi para serigala yang masih berbulu domba tersebut maka Allah ajarkan sebuah prinsip yaitu Al Bara’ (ketegasan atau berlepas diri) kepada mereka. Allah berfirman : 

(yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan Yahudi dan Nashrani sebagai teman dekat/pemimpin karena sebagian mereka itu adalah teman dekat bagi sebagian yang lainnya. Maka barangsiapa diantara kalian berloyalitas kepada mereka maka dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (Al Maidah: 51). 

j) Bahkan larangan tersebut berlaku juga bagi kerabat terdekat sekalipun. Allah berfirman : 

(yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudara kalian sebagai teman dekat apabila mereka lebih mencintai kekufuran daripada keimanan”. (At Taubah: 23). 

Islam mendidik umatnya untuk memerangi para serigala jahat itu apabila telah melepas bulu-bulu dombanya kemudian menampakkan gigi-gigi taring dan kuku-kuku tajamnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): 

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang telah memerangi kalian namun janganlah kalian (kaum muslimin) melewati batas (dalam peperangan 
[1] Djamaluddin, Amin, Bahaya Ingkar Sunnah, Jakarta: Ma’had ad-Dirasati al-Islamiyah, 1986. 
[2] Muhammad bin Idris al-Syafi’I, al-Umm, disertai catatan pinggir (hamisy) dari karya al-Syafi’I juga dengan judul, kitab Ikhtilaf al-Hadits, Dar al-Sya’b, juz vii. Hlm. 250-265. 
[3] Ismail, Syuhudi, “Kaidah Kesahian Hadits”, Bulan Bintang, Bandung, 1995.

Post a Comment for "Taat Kepada Alloh dan Rosul Nya -Tafsir Asasi"