Makalah Pembaruan Pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sejarah pendidikan Islam,
seperti juga dibagian dunia Islam lainnya berjalan menurut rentak gerakan Islam
pada umumnya, dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain-lain.
Pada permulaan abad ke-20 terjadi beberapa perubahan dalam Islam yang dalam
garis besarnya dapat digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan bahkan
pencerahan. Lembaga-lembaga pendidikan sanggup menghasilkan elite yang tahu
akan momentum-momentum ini dan sekaligus dapat menempatkan diri dalam pemimpin
histori ini, maka ia sebenarnya telah melaksanakan fungsinya membawa Indonesia
menyongsong terbitnya fajar Islam sebagai pertanda akan terbitnya sang surya
yang akan menyinari alam. Pada kesempatan kali ini, pemakalah akan mencoba memaparkan
tentang pembaharuan pendidikan Islam, dimana pada masa ini umat Islam mulai
sadar akan ketertinggalannya dari dunia barat.
B.
Rumusan Masasalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
merumusan masalah sebagai berikut:
1.
Pengertian Pembaharuan Pendidikan
Islam
2.
Hal hal yang melatar belakangi
pembaharuan islam
3.
Masa pembaharuan pendidikan Islam
4.
Pola-pola pendidikan Islam
5.
Tokoh dan Sasaran Pembaharuan
Pendidikan Islam
6.
Dualisme sistem pendidikan Islam
C.
Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah
ini yaitu:
1.
Mengetahui pembaruan pendidikan islam
2.
Mengetahui latar belakang pembaharuan islam
3.
Mengetahui masa pembaharuan pendidikan islam
4.
Mengetahui pola-pola pendidikan Islam
5.
Mengetahui tokoh dan sasaran pembaharuan pendidikan islam.
6.
Mengetahui dualisme sistem pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembaharuan
Pendidikan Islam.
Lahirnya modernisasi atau
pembaharuan di sebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Modernisasi atau
pembaharuan bisa diartikan apa saja yang belum di pahami, di terima, atau
dilaksanakan oleh penerima pembaharuan sesungguhnya lebih merupakan upaya atau
usaha perbaikan keadaan baik dari segi cara, konsep, dan serangkaian metode
yang bias diterapkan dalam rangka menghantarkan keadaan yang lebih baik.
Dengan demikian, kalau kita kaitkan
dengan pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi kita, sebagai
suatu upaya melakukan proses perunahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan
pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional,
dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat itu.[1]
B.
Hal–hal Yang Melatar Belakangi Pembaharuan Pendidikan Islam.
Terpuruknya nilai–nilai pendidikan
dilatar belakangi oleh kondisi internal Islam yang tidak lagi menganggap ilmu
pengetahuan umum sebagai satu kesatuan ilmu yang hareus diperhatikan.
Selanjutnya, ilmu pengetahuan lebih banyak diadopsi bahkan dimanfaatkan secara
komprehensif oleh barat yang pada waktu itu tidak pernah mengenal ilmu
pengetahuan.
Secara garis besar ada beberapa
faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam.
· Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat
Islam yang sangat memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul
bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang
berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
· Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga
merupakan faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling
tidak telah menggugah dan membawa perubahan phragmatik umat islam untuk belajar
secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini
dirasakan akan bisa terminimalisir.
C.
Masa Pembaharuan Pendidikan Islam
Kebangkitan intelektual di Eropa
telah memberikan kontribusi yang besar sekali bagi kemajuan Eropa. Semangat
rasionalisme membuat negara-negara Eropa menjadi kuat baik militer, ekonomi
maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Kini keadaan menjadi berbalik, jika
sebelumnya Islam memiliki kekuatan yang besar baik politik, ekonomi maupun ilmu
pengetahuan sehingga dapat mengalahkan dan menguasai beberapa wilayah Barat,
seperti Spanyol, Sialia, Asia kecil dan Balkan, maka sekarang Barat yang maju
sedangkan Islam tidak lagi memiliki kekuatan yang dapat dibanggakan.[2]
Menurut sebagian tokoh-tokoh
pembaharu Islam, salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah melemah dan
merosotnya kualitas pendidikan Islam. Untuk mengembalikan kekuatan pendidikan
Islam yang sempat hilang maka bermuncullah gagasan-gagasan tentang pembaharu
pendidikan Islam.
Pembaharu pendidikan Islam pertama
kali dimulai di kerajaan Utsmani. Faktor yang melatarbelakangi gerakan
pembaharu pendidikan bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Utsmani dalam
peperangan dengan Eropa. Kekalahan tentara Turki pada pertempuran di dekat Wina
memaksa Turki menandatangani perjanjian Carlowite pada 1699 M yang berisi
penyerahan daerah Hiongaria kepada Australia, daerah Podolia kepada Polandia
dan daerah Azov kepada Rusia.
Kekalahan demi kekalahan yang
dialami kerajaan Utsmani menyebabkan Sultan Ahmad III (1703-1713 M) amat
prihatin,[3] kemudian
ia menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan yang
dimiliki Barat, Sultan Ahmad III lalu mengambil tindakan dengan mengirimkan
duta-duta besar untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama di bidang militer
dan kemajuan ilmu pengetahuan.[4]
Selain di bidang militer, Turki
juga membangun di bidang lain seperti ekonomi dan pemerintahan dan Turki juga
mengembangkan kemajuan ilmu pengetahuan yang selama ini telah dilupakannya.
Untuk pertama kalinya di dalam dunia Islam dibukalah suatu percetakan di
Istanbul pada 1727 M guna mencetak berbagai macam buku ilmu pengetahuan yang
diterjemahkan dari buku-buku ilmu pengetahuan Barat.[5]
Selain itu pada 1717 M didirikannya
lembaga terjemah yang bertugas menerjemahkan buku-buku dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Turki.[6] Hal
ini merupakan fenomena baru dan sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan
intelektual Islam di Turki. Hal-hal tersebut merupakan langkah awal bagi
perubahan sistem pendidikan Islam di Turki.
Upaya pembaharuan pendidikan dimana
Sultan Ahmad III yang baru berjalan dilanjutkan oleh Sultan Mahmud II
(1807-1839 M). Pada zaman tersebut madrasah merupakan satu-satunya lembaga
pendidikan umum yang ada di kerajaan Utsmani. Sultan Mahmud II sadar bahwa
pendidikan di madrasah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, dikarenakan di
madrasah hanya mengajarkan peserta didiknya mengetahui pengetahuan agama
sedangkan pengetahuan umum tidak diajarkan.
Beliau juga menyadari bahwa
pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern mempunyai peran yang dominan
dalam mencapai kemajuan. Oleh sebab itu beliau berusaha untuk membenahi kurikulum
di madrasah-madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum.
Pada perkembangan selanjutnya,
Sultan Mahmud II membangun sekolah-sekolah model Barat. Pada tahun 1827 M ia
mendirikan sekolah kedokteran (Tilahane-i Amire) dan sekolah
teknik (Muhendisane)
dan pada tahun 1834 M dibuka sekolah Akademi Militer. Pada tahun 1838 M sekolah
kedokteran dan sekolah pembedahan digabungkan menjadi satu dengan nama Dar-al
Ulum Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane.[7]
Seperti di Turki, pembaharuan
pendidikan Islam di Mesir juga di awali oleh penguasa pembaharuan Islam setelah
adanya kontak dengan peradaban modern Barat. Invasi Napoleon yang membawa
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat telah membuka mata rakyat Mesir
bahwa umat Islam telah tertinggal oleh kemajuan Barat. Yang menjadi perhatian
penting dari kedatangan Napoleon dan lahirnya gerakan kesadaran umat Islam dari
keterbelakangan mereka selama ini adalah untuk melihat pengaruh dari kedatangan
tentara Napoleon dan berbagai rangsangan yang ditimbulkannya sebagai akibat
dari berbagai kegiatan yang dilakukan Napoleon dan rombongannya di Mesir.[8]
Di antara pengaruh ekspedisi
Napolen yang berkaitan erat dengan misi keilmuan dan kebudayaan yang dijalankan
Napolen beserta rombongannya di Mesir adalah:[9]
1.
Timbulnya benih-benih rasa kebangsaan dari orang Mesir.
2. Napolen berusaha menggeser sistem pemerintahan yang dipraktekkan
di Mesir yang sebelumnya berpola feodal menjadi lebih
demokratis.
3. Sebagai hasil dari pendekatan Napoleon yang berpijak pada semangat
revolusi Perancis maka muncullah pemikiran dari orang-orang Mesir yang
mengusulkan agar bentuk pemerintahan yang diktator diubah menjadi pemerintahan
demokratis, karena hal inilah yang membawa Perancis kepada suasana kehidupan
kenegaraan yang baru.
4.
Mulai terbukanya cakrawala berfikir dikalangan umat Islam sebagai
akibat dari persentuhan dengan pemikiran para ilmuwan yang ikut dalam rombongan
Napoleon.
Selain
itu juga yang mendorong umat Islam untuk mengadakan modernisasi yang dipelopori
oleh Muhammad Ali.[10] Muhammad
Ali adalah seorang yang berasal dari luar Mesir, karena kecakapannya dalam
bidang militer ia berhasil menjadi kepala pemerintahan di Mesir. Pada awalnya
ia hanyalah seorang prajurit tentara biasa di Turki Utsmani.[11]
Setelah
Muhammad Ali naik tahta menjadi penguasa Mesir, ia memberikan perhatian yang
lebih pada bidang militer dan ekonomi. Menurutnya militer akan memberikan
dukungan untuk mempertahankan dalam memperbesar kekuasaannya. Sedangkan ekonomi
sangat diperlukan untuk membiayai militer. Untuk memajukan keduanya dibutuhkan
ilmu-ilmu modern. Dengan demikian Muhammad Ali mencurahkan perhatiannya bagi
pendidikan. Pada tahun 1815 M ia mendirikan sekolah militer, sekolah kedokteran
pada tahun 1827 M, seolah Apoteker pada tahun 1829 M, sekolah pertambangan pada
tahun 1839 M, sekolah pertanian pada tahun 1836 dan sekolah penerjemah pada
tahun 1836 M.
Tidak
hanya corak dan model pendidikan Barat yang diterapkan oleh Muhammad Ali di
Mesir, ia juga mempercayakan pengawasan sekolah kepada orang Barat, bahkan
guru-gurunya juga didatangkan dari Barat (Eropa). Selain mendatangkan tenaga
ahli dari Eropa, Muhammad Ali juga mengirim siswa untuk belajar ke Italia,
Perancis, Inggris dan Austria.
Upaya
pemahaman dan modernisasi yang dipelopori Muhammad Ali di Mesir ini, besar
sekali kontribusinya bagi Mesir menjadi negara modern. Gerakan pembaharuannya
telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam
hingga lahirlah intelegensia Muslim yang berpengetahuan agama yang luas,
berwibawa modern dan tidak berpandangan sempit. Mereka itu seperti Rifa’ah
Badawi Rafi’ al-Tahtawi, Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, dan Hasan al-Banna.[12]
D.
Pola-pola Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagi macam
sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa
sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang
dialami oleh bangsa Eropa, maka ada tiga pemikiran pembaharuan Islam
diantaranya:
1.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola
pendidikan modern di Eropa.
Pola pendidikan modern di Barat
pada dasarnya berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang
dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Dimana semua itu merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan yang berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian, maka untuk
mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan
kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Dan penguasaan ini harus dicapai
melalui proses pendidikan yang meniru pola pendidikan yang dikembangkan oleh
dunia Barat, sebagaimana dulu dunia Barat pernah meniru dan mengembangkan
sistem pendidikan dunia Islam. Dalam hal ini, usaha pembaharuan pendidikan
Islam adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan sekolah Barat baik
sistem maupun isi pendidikannya.
2.
Pembaharuan pendidikan dengan pola
Barat ini, mulanya timbul di Turki Utsmani pada akhir abad ke-11 H/ 17 setelah
mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa timur, yang merupakan benih
bagi timbulnya usaha sekularisasi Turki dan membentuk Turki modern. Tokoh
pelopor pembaharuan pendidikan di Turki ini adalah Sultan Mahmud II (yang
memerintah di Turki Utsmani 1807-1809 M). Pola pembaharuan pendidikan yang
berorientasi ke Barat ini, juga nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasha di Mesir
yang berkuasa tahun 1805-1848 M.[13]
3.
Pola pembaharuan pendidikan Islam
yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni.
Pola ini berpandangan bahwa
sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan
peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Dimana Islam sendiri sudah penuh dengan
ajaran-ajaran yang pada hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan
dan kesejahteraan serta kekuatan umat Islam.
Menurut pola ini, diantara sebab-sebab
kelemahan umat Islam adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran Islam
secara semestinya. Ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kemajuan dan
kekuatan ditinggalkan dan menerima ajaran-ajaran Islam yang tidak murni lagi.
Pola pembaharuan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian
dicanangkan kembali oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad
19 M).[14]
4.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada
nasionalisme.
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya
pola kehidupan modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami
kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian keadaan tersebut mendorong pada
umumnya bangsa-bangsa Timur untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing.
Umat Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri
dari berbagi bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan
kebudayaannya. Mereka pun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain
tapi sebangsa. Inilah yang mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia
Islam.
Ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini
bersesuaian dengan ajaran Islam karena adanya keyakinan dikalangan
pemikir-pemikir pembaharuan dikalangan umat Islam, bahwa pada hakikatnya ajaran
Islam bisa diterapkan dan disesuaikan dengan segala zaman.
Golongan
nasionalis ini berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat Islam dengan
memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat Islam yang bersangkutan. Dan
ide nasionalisme inilah yang pada perkembangan berikutnya mendorong timbulnya
usaha-usaha untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri
dikalangan bangsa-bangsa umat Islam.[15]
E.
Tokoh dan Sasaran Pembaharuan Pendidikan Islam.
Tokoh pembaharuan pendidikan Islam bercorak modernis.
Sejalan dengan pembahruan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah
kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani, Mesir, India.
1 1. Wilayah Turki
Pembaharuan pendidikan didunia Islam dimulai dikerajaan
Turki Usmani. Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan bermula dari
kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa. Adapun tokoh
yang mencoba melakukan upaya tersebut ialah :
·
Sultan Ahmad III. Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki
Usmani menyebabkan Sultan Ahmad III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan
melakukan pengiriman duta ke Eropa untuk mengamati perkembangan barat. Dengan
mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan percetakan untuk mempermudah
Access buku pengetahuan. Upaya ini dilakukan sampai beliau wafat dan kemudian
digantikan oleh Sultan Mahmud II.
·
Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari
Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang dilakukan dengan memperbaiki system
pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum. Kemudian
mendirikan model disekolah barat.
2 2. Wilayah Mesir
Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan khususnya
pendidikan adalah Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh
· M. Ali Pasya. Ia mendirikan kementrian pendidikan dan
lembaga pendidikan, membuka sekolah teknik , kedokteran, pertambangan, mengirin
siswa untuk belajar kenegri barat. Gerakan pembaharuan memperkenalkan ilmu
pengetahuan dan teknologi barat kepada umat Islam.
· M. Abduh. Melakukan pembaharuan pendidikan di Al-Azhar
dengan memasukkan ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi
Al-Azhar tahun 1895, melaksanakan pembaharuan administratif yang bermanfaat.
3 3. Wilayah India.
Pembaharuan pendidikan Islam di India bertujuan
menghilangkan diskriminasi pendidikan Islam tradisionalis dengan pendidikan
sekuler. Adapun yang menjadi tokoh pembaharuan di India.
Sayyid Akhmad Khan (1817 – 1898 M). Ia berpendapat
bahwa peninggkatan kedudukan umat Islam di India dapat diwujudkan dengan
bekerjasama dengan Inggris. Kemudian mendirikan lembaga pendidikan, sekolah
Inggris mudarabbah 1864. kemudian mendirkan pula Scientific Society, mendirikan
lembaga pendidikan yang didalamnya ilmu pengetahuan umum. Itulah beberapa orang
tokoh pembaharuan yang banyak mengadopsi tata cara dan pengetahuan yang datang
dari barat.[16]
F.
Dualisme Sistem Pendidikan Islam
Sebagai akibat dari usaha-usaha
pembaharuan pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam rangka untuk mengejar
kekurangan dan ketinggalan dari dunia Barat dalam segala aspek kehidupan, maka
terdapat kecenderungan adanya dualisme dalam sistem pendidikan dunia Islam.
Pola pembaharuan pendidikan yang sebagaimana telah diuraikan, membentuk suatu
sistem atau pola pendidikan modern yang mengambil pola sistem pendidikan Barat
dengan penyesuaian-penyesuaian dengan Islam dan kepentingan nasional, serta di
lain pihak tetap mempertahankan sistem pendidikan tradisional yang telah ada
dikalangan umat Islam.
Sistem pendidikan modern pada
umumnya dilaksanakan oleh pemerintah yang pada mulanya adalah dalam rangka
memenuhi tenaga ahli untuk kepentingan pemerintah. Sedangkan sistem pendidikan
tradisional yang telah ada dikalangan masyarakat pada umumnya tetap
mempertahankan kurikulum tradisional yang hanya memberikan pendidikan dan
pengajaran keagamaan. Dualisme sistem dan pola pendidikan inilah yang
selanjutnya mewarnai pendidikan Islam di semua negara dan masyarakat Islam di
zaman modern.
Dengan adanya dualisme sistem
pendidikan Islam ini diharapkan sistem pendidikan tradisional akan berkembang
secara berangsur-angsur mengarah ke sistem pendidikan modern. Dan inilah yang
dikehendaki oleh para pembaharu pendidikan Islam yang berorientasi pada ajaran
Islam yang murni.[17]
Dari kesimpulan di atas dapat di
tarik kesimpulan bahwa pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian
bagi kita, sebagai suatu upaya melakukan proses perunahan kurikulum, cara,
metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah
yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat itu.
Secara garis besar ada beberapa
faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam.yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Pembaharuan pendidikan Islam di mulai pada kerajaan Turki
Utsmani. Dimana pembaharuan pendidikan Islam ini terjadi bermula dari
kekalahan-kekalahan Utsmani dalam peperangannya dengan Eropa.
Dengan memperhatikan berbagai macam
sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya
dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh
bangsa-bangsa Eropa, maka ada tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam,
diantaranya:
1.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola
pendidikan modern di Eropa.
2.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber
ajaran Islam yang murni.
3.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada
nasionalisme.
Tokoh dan sasaran pembaharuan
pendidikan islam di lakukan pada tiga wilayah kerajaan besar yaitu wilayah
turki dengan tokoh sultan Ahmad II dan sultan Mahmud II, kemudian wilayah mesir
tokohnya M ali pahsa dan Muhammad abduh yang terakhir wilayah india dengan
tokoh sayid akhmad khan.
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Harun, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.
Lubis, Ridhwan, Perspektif
Pembaharuan Pemikiran Islam, Medan: Pustaka Widyasarana, 1994.
Nasution, Harun, Pembaharuan
dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Syalabi, Ahmad, MausuahAl-Tarikh
Al-IslamiwaAl–HadaratAl–Islamiyah,Juz
Individu, Kairo: Maktabah Al-Nahdat.
Zuhairini dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Http:// fauzanma-fitku in Jakarta.
Blogspot. Com/2009/04/Pembaharuan Pendidikan Islam.html (25 -03 2011)
[1] Http:// fauzanma-fitku in Jakarta.
Blogspot. Com/2009/04/Pembaharuan Pendidikan Islam.html
[2] Harun Asrohah, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.
127-128
[3]
Ibid, hlm. 128-129
[4] Zuhairini dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 116
[5]
Ibid, hlm. 116
[6]
Hanun Asrohah, Op, cit, hlm. 130
[7]
Ibid, hlm. 131-132
[8] Ahmad Syalabi, Mausuah
Al-Tarikh Al-Islami wa Al-Hadarat Al-Islamiyah, Juz V, (Kairo:
Maktabah Al-Nahdat), hlm. 281
[9]
Ridwan Lubis, Op. Cit., hlm, 32
[10] Hanun Asrohah, Op,
cit, hlm. 133
[11] Hanun Asrohah, Op,
cit, hlm. 133
[12]
Hanun Asrohah, Op, cit, hlm. 134
[13]
Hanun Asrohah, Op, cit, hlm. 134
[14]
Ibid, hlm. 64
[15]
Zuhairini, Op, cit, hlm. 123
[16]
Asraha Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: logos Cet. 1.
1999.
[17]
Ibid, hlm. 124
Post a Comment for "Makalah Pembaruan Pendidikan Islam"
komentar di sini
Post a Comment