SEJARAH HADIST PADA ABAD I, II, III, IV DAN V SAMPAI SEKARANG
Hadist Pada Abad
Pertama Hijriyah, Periode ini dibagi menjadi dua fase, yaitu : pertama pada
masa Rasulullah SAW; dan kedua , masa sahabat dan tabiin
A. Hadist pada masa
Rasulullah SAW.
Cara sahabat
menerima Hadist pada masa Rasulullah
Ada empat cara yang ditempuh oleh para sahabat untuk
mendapatkan hadist nabi muhammad SAW yaitu:
1) Mendatangi majelis
taklim yang diadakan Rasulullah Saw. Rasulullah Saw selalu memyediakan waktu
waktu khusus untuk mengajarkan agama Islam kepada para sahabat. Para sahabat
salalu berusaha untuk menghadiri majelis taklim tersebut meskipun mereka juga
sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Apabila mereka berhalangan , maka mereka
bergantian menghadiri majelis tersebut, sebagaimana yang dilakukan Umar dan
tetangganya. Yang hadir memberi tahu informasi yang mereka dapatkan kepada yang
tidak hadir.
2) Terkadang Rasulullah
Saw sendiri menghadapi beberapa peristiwa tertentu,kemudian beliau menjelaskan
hukumnya kepada sahabat. Apabila para sahabat yang hadir menyaksikan peristiwa
itu jumlahnya banyak, maka berita tentang peristiwa itu akan segera tersebar
luas. Namun apabila yang hadir hanya sedikit, maka rasulullah memerintahkan
mereka untuk memberitahukannya kepada sahabat lain yang tidak hadir.
3) Terkadang terjadi
sejumlah peristiwa pada diri sahabat , kemudian mereka menanyakan hukumnya
kepada rasululah dan Rasululah memberikan fatwa atau penjelasan hukum tentang
peristiwa tersebut.
4) Para sahabat terkadang
menyaksikan Rasulullah melakukan suatu perbuatan yang berkaiatan dengan tata
cara pelaksanaan ibadah seperti shalat, zakat, puasa haji dsb.sahabat yang
menyaksikan perbuatan trsebut kemudian menyampaikan kepada yang lainya atau
generasi sesudahnya.
Penulisan hadis pada
masa Rasululah SAW
Pada masa Rasulullah keadaan hadist berbeda dengan
Alquran.yang belum ditulis secara resmi.Terdapat beberapa keterangan dan
argumentasi yang kadang kadang satu dengan yang lainya saling bertentangan
.diantaranya adalah:
1) Larangan menulis Hadis
Terdapat sejumlah hadis Nabi SAW yang melarang para
sahabat menuliskan hadist .Di antara hadist tersebut adalah hadist yang berasal
dari Said al Khudri :
لا تكتبو ا عني غير القرأن ومن كتب عني غير القرأن فليمحه- رواه مسلم .
Artinya:
"Nabi muhammad Saw bersabda: Janganlah kamu tulis
apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Al- Quran. Dan barang siapa yang lelah
menulis sesuatu dariku selain Al- Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR.
Muslim)
- Larangan menuliskan hadist terjadi pada masa awal islam yang ketika itu dikhawatirkan terjadi pencampuradukan antara hadist dengan alquran.Tetapi setelah umat islam bertambah banyak dan mereka telah dapat membedakan antara hadist dan alquran, maka hilanglah kekhawatiran itu dan mereka diperkenankan untuk menuliskannya.
- Larangan tersebut ditujukan terhadap mereka yang memiliki hafalan yang kuat,sehingga mereka tidak terbebani dengan tulisan; sedangkan kebolehan diberikan kepada mereka yang hafalannya yang kurang baik.
- Larangan tersebut sifatnya umum, sedangkan kebolehan menulis diberikan khusus kepada mereka yang pandai membaca dan menulis sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menuliskannya.
2) Perintah (kebolehan)
menuliskan Hadis
Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan atau
membolehkan menuliskan hadis diantanya adalah:
Dari Anas Ibn Malik bahwa dia berkata, Rasullullah SAW bersabda:
“ Ikatlah ilmu itu dengan tulisan (menuliskannya)."
3) Sikap para ulama dalam
menghadapi kontroversi Hadis- hadis mengenai penulisan hadis. ‘Ajjaz al Khatib
menyimpulkan ada beberapa pendapat yang berpariasi dalam rangka mengkompromikan
dua kelompok hadist yang terlihat saling bertentangan dalam hal penulisan
tersebut yakni :[2]
Faktor-faktor
yang menjamin kesinambungan hadist
Ada beberapa faktor yang menjamin kesinambungan hadist,
antara lain:
- Quwwat al-dzakirah (kuatnya hafalan para sahabat)
- Kehati-hatian para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW.
- Kehati-hatian para sahabat dalam menerima hadist.
- Pemahaman terhadap ayat alquran surat Al hijr: 9. Yang artinya “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
B. Hadist Pada Masa Sahabat dan
Tabi’in
1. Pengertian Sahabat dan
Tabi’in
Kata sahabat (arabnya: sahabat ) menurut bahasa adalah
Musytaq (pecahan) dari kata shuhbah yang berarti orang yang menemani yang lain,
tanpa ada batasan waktu dan jumlah. Muhammad Jamal al din alqasimi mengatakan
bahwa yang disebut sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan nabi
Muhammad Saw walaupun sesaat, dalam keadaan beriman kepadanya baik meriwayatkan
hadist dari beliau ataupun tidak. Sedangkan pengertian Tabi’in adalah orang
yang pernah berjumpa dengan sahabat dan dalam keadaan beriman, serta meninggal
dalam keadaan beriman juga.
2. Pemeliharaan Hadis
Pada Masa Sahabat dan Tabi’in
Sejarah mencatat bahwa pada periode khulafa alrasyidin ,
khususnya Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadist begitu sedikit dan lamban. Hal
ini disebabkan kecenderungan mereka secara umum untuk menyedikitkan riwayat,
disamping sikap hati-hati dan teliti para sahabat dalam menerima hadist. Begitu
juga dengan Ustman dan Ali yang tidak dengan mudah menerima hadist dari orang
lain. Ali mengatakan ,”Aku tidak ragu-ragu menerima hadist yang langsung aku
terima dari Rasulullah Saw. Tetapi jika orang lain yang meriwayatkannya maka
aku akan mengambil sumpah orang tersebut. Sikap kesungguhan dan kehati-hatian
juga ditunjukkan oleh para tabi’in yang datang sesudah mereka. Mereka
menganggap perlu untuk mengkonfirmasi hadist yang diterima dari sahabat yang
ada di Basrah dan Madinah.
3. Masa Penyebarluasan
Periwayatan Hadis
Wilayah kekuasaan Islam pada periode Utsman telah meliputi
seluruh jazirah Arabia, wilayah Syam (Palestina, Yordania, Siria, dan Libanon),
seluruh kawasan Irak, Mesir, Persia, dan kawasan Sanarkand. Diantara kota-kota yang banyak terdapat para sahabat dan
aktifitas periwayatan hadist adalah:
- Madinah
Di kota ini terdapat para sahabat yang mempunyai ilmu yang
luas dan mendalam tentang hadist, diantaranya adalah Khulafa’ al
Rasyidin,Aisyah,’Abdullah bin Umar, Abu said al Khudri, Zaid bin Tsabit dan
lainnya.
- Mekkah
Setelah kota mekkah ditaklukan pada masa Nabi Muhammad Saw,
disana ditunjuk Muadz bin jabal sebagai guru yang mengajari para penduduk
setempatn tentang masakah halal dan haram dan memperdalam pengetahuan mereka
mengenai ajaran Islam dan sumber sumbernya yaitu Alquran dan hadist. Dikota ini
muncul juga para ulama hadist seperti Mujahid, ‘Atha bin Abi Rabah, Thawus ibn
Kisan, Ikrimah maula ibn Abbas, dll.
- Kufah
Setelah Irak ditaklukan pada masa Khalifah Umar ibn al
Khattab, dikota Kufah tinggal sejumlah besar sahabat, diantaranya Ali ibn abi
Thalib,Saad bin Abi Waqqash, Said ibn Zaid ibn ‘amr ibn Nufail,Abdullah bin
Mas’ud dll.
- Basrah
Dikota Basrah terdapat sejumlah sahabat,seperti Anas ibn
Malik yang dikenal dengan Imam fi al Hadisth di Basrah, Abu Musa al asyari,
abdullah bin Abbas, dll. Juga melahirkan tokoh terkenal dari kalangan tabiin ,
seperti Al Hasan al Bashri, dan Muhammad ibn Sirrin.
4. Penulisan Hadis Pada Masa
Sahabat dan Tabi’in
Kegiatan penulisan hadis pada masa Rasul SAW bagi mereka
yang diberi kelonggaran oleh Rasul SAW untuk melakukannya, namun para sahabat,
pada umumnya menahan diri dari melakukan penulisan hadis dimasa pemerintahan
Khulafa al-Rasidin. Hal tersebut adalah karena besarnya keinginan mereka untuk
menyelamatkan Al- Qur’an Al- Karim dan sekaligus Sunah (Hadis), Salah seorang
sahabat yakni Umar menyatakan penolakannya terhadap penulisan hadis adalah
disebabkan adanya kekhawatiran berpalingnya umat Islam untuk menuliskan suatu
yang lain selain Al-Qur’an dan melontarkan kitab Allah (Al-Qur’an). Justru itu
beliau melarang umat Islam untuk menuliskan sesuatu yang lain dari Al- Qur’an,
termasuk hadis. Akan halnya Tabi’in, sikap mereka dalam hal penulisan hadis adalah
mengikuti jejak para sahabat. Hal ini tidak lain adalah karena para Tabi’in
memperoleh ilmu, termasuk didalamnya hadis-hadis Nabi SAW adalah dari para
sahabat. Akan tetapi tatkala Umar melihat bahwa pemeliharaan terhadap alquran
telah aman dan terjamin, Beliau pun mulai menuliskan sebagian hadist nabi yang
selanjutnya dikirimkan kepada sahabat dan pegawainya.
C. Hadis Pada Abad Ke II Hijriyah
Pada periode ini hadis-hadis Nabi SAW mulai ditulis dan dikumpulkan secara
resmi. ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz, salah seorang khalifah dari dinasti Umayah yang
mulai memerintah dipenghujung abad pertama Hijriyah, merasa perlu untuk
mengambil langkah-langkah bagi penghimpunan dan penulisan hadis Nabi secara
resmi, yang selama ini berserakan didalam catatan dan hafalan para sahabat dan
Tabi’in.
Terdapat beberapa Faktor-faktor yang mendorong pengumpulan
dan pengkodifikasian hadist pada periode ini diantaranya adalah :
1. Tidak
adanya lagi penghalang untuk menuliskan dan membukukan hadist, yaitu
kekahawatiran bercampurnya hadist dengan Alquran . Karena Alquran ketika itu
telah dibukukan dan disebarluaskan
2. munculnya
kekhawtiran akan hilang dan lenyapnya hadist karena banyaknya para sahabat yang
meninggal dunia akibat usia lanjut dan karena seringnya terjadi peperangan.
3. Semakain
maraknya kegiatan pemalsuan hadist yang dilatarbelakangi oleh perpecahan
politik dan perbedaan mazhab di kalangan umat islam.
4. Semakin
luasnya daerah kekuasaan Islam disertai dengan semakin banyak dan kompleksnya
permasalahan yang dihadapi umat Islam.
Dengan tersebarnya Islam, terpencarnya sahabat dan sebagian
wafat, maka mulai terasa perlunya pembukuan hadits. Hal ini menggerakkan
khalifah Umar bin Abdul Aziz (menjabat th 99H-101H) untuk memerintahkan para
ulama untuk menghimpun dan mengumpulkan hadist terutama pada Abubakar bin
Muhammad bin Amr bin Hazm (qadhi Madinah) dan Muhammad bin Muslim bin
Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab az Zuhri al-Madani (tokoh ulama Hijaz dan
Syam 124H).
Setelah kedua tokoh ini maka mulailah banyak yang mengikuti
mereka seperti Ibnu Juraij (150-H) dan Ibnu Ishaq (151-H) di Makkah; Ma'mar
(153-H) di Yaman; al-Auza'i (156-H) di Syam; Malik (179-H), Abu Arubah (156-H)
dan Hammah bin Salamah (176-H) di Madinah; Sufyan ats-Tsauri (161-H) di Kufah;
AbduLLAH bin Mubarak (181-H) di Khurasan; Husyaim (188-H) di Wasith; Jarir bin
abdul Hamid (188-H) di Ray,dan Abdullah ibn Wahab (125 H ) di Mesir.
Kitab yang mahsyur pada saat itu adalah :
- Mushannaf oleh Syu'bah bin al-Hajjaj (160-H)
- Mushannaf oleh Al-Laits bin Sa'ad (175-H)
- Al-Muwaththa' oleh Malik bin Anas al-Madani, Imam Darul Hijrah (179-H).
- Mushannaf oleh Sufyan bin Uyainah (198-H)
- Al-Musnad al Syafi’i oleh Imam asy-Syafi'i (204-H)
- Al Sirat an Nabawiyah oleh Ibn Ishaq.
D. Hadist Pada Masa Ke-III Hijriah
(Masa Pemurnian, Penshahihan dan penyempurnaan Kodifikasi)
Periode ini berlangsung pada masa Pemerintahan Khalifah Al
Ma’mun sampai pada awalpemerintahan khalifah Al-Muqtadir dari kekhalifahan
Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini ulama memusatkan perhatian mereka pada
pemeliharaan keberadaan dan terutama kemurnian Hadist Nabi SAW, sebagai
antisipasi mereka terhadap pemalsuan Hadist yang semakin marak.
1. Kegiatan
Pemalsuan Hadist
Pada abad ke-II hijriah telah banyak melahirkan para Imam
Mujtahid di berbagai bidang, diantaranya dibidang Fiqih dan Ilmu Kalam.
Meskipun dalam beberapa hal mereka berbeda pendapat, akan tetapi mereka saling
merhormati. Akan tetapi memasuki abad ke-3 Hijriah , para pengikut
masing-masing imam berpendapat bahwa imam nya lah yang benar, sehingga
menimbulkan bentrokan pendapat yang semakin meruncing. Diantara pengikut
fanatik akhirnya menciptakan hadist-hadist palsu dalam rangka memaksakan pendapat
mereka.
Dan setelah Khalifah Al Ma’mun berkuasa mendukung golongan
Mu’tazilah. Perbedaan pendapat tentang kemakhlukan Al Qur’an dan siapa yang
tidak sependapat akan dipenjara dan disiksa, salah satu Imam yaitu Imam Ahmad
Bin Hambal yang tidak mengakuinya. Setelah pemerintahan Al Muwakkil, maka
barulah keadaan berubah positif bagi ulama.
2. Upaya
Pelestarian Hadist.
Diantara kegiatan yang dilakukan oleh para ulama Hadist
dalam rangka memelihara kemurnian Hadist Rasulullah SAW adalah :
- Perlawatan ke daerah-daerah
- Pengklsifikasian Hadist kepada : Marfu’ (disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw), Mawquf (disandrkan kepada sahabat ), dan Maqthu’( disandarkan kepada tabi;in ).
- Penyeleksian kualitas Hadist dan pengklasifikasian kepada : Shahih, Hasan, Dha’if.
3. Tokoh-tokoh
Pengumpul Hadist
Diantara tokoh-tokoh Hadist yang lahir pada masa ini adalah
:Ali Ibn Madany, Abu Hatim Ar Razy, Muhammad Ibn Jarir ath Thabary, Muhammad
Ibn Sa’ad, Ishaq Ibn Rahawaih, Ahmad, Al Bukhari Muslim, An Nasa’I, Abu Daud,
At Turmudzy, Ibnu Majah, Ibnu Qutaibah Ad Dainury
4. Bentuk
penyusunan Kitab hadist pada Abad ke III Hijriyah
- Kitab Shahih, kitab ini hanya menghimpun hadist-hadist sahih,sedangkan yang tidak shahih tidak dimasukkan kedalamnya.Penyusunannya berbentuk Mushannaf, Yaitu penyajian berdasarkan bab masalah tertentu. Hadist yang dihimpun menyangkut masalah fiqh ,aqidah ,akhlak ,sejarah dan tafsir .Contoh : sahih Muslim dan sahih Bukhari.
- Kitab Sunan. Didalam kitab ini dijumpai hadist yang sahih dan juga hadit dhaif yang tidak terlalu lemah dan mungkar.Terhadap hadist dhaif dijelaskan sebab kedhaifannya. Bentuk penyusunannya berbentuk Mushannaf dan hadistnya terbatas hanya pada masalah fiqh . Contoh: Sunan Abu Dawud, Sunan at Turmidzi, Sunan al Nasai, Sunan Ibn Majah dan Sunan al Darimi.
- Kitab Musnad. Didalam kitab ini hadist disususn berdasrkan nama perawi pertama. Urutan nama perawi pertama ada yang berdasrkan nabi kabilah seperti bani hasyim dsb. Ada juga yang berdasarkan nama sahabat berdasrkan urutan waktu memeluk Islam,dan ada yang berdasarkan hijaiyah dll. Contoh : Musnad Ahmad ibn Hanbal, Musnad Abu qasim Albaghawi, dan musnab ustman ibn abi syaibah.
E. Hadist pada abad ke-IV
sampai ke-V (Masa Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan).
1. Kegiatan periwayatan Hadist pada periode ini.
Periode ini dimulai pada masa Khlifah Al Muktadir sampai
Khalifah Al Muktashim. Meskipun kekuasaan Islam Pada periode ini mulai melemah
dan bahkan mengalami keruntuhan pada abad ke-7 Hijriah akibat serangan Hulaqu
Khan, Cucu dari Jengis Khan. Kegiatan para Ulama Hadist tetap berlansung
sebagaimana periode-periode sebelumnya, hanya saja hadist-hadist yang dihimpun
pada periode ini tidaklah sebanyak penghimpunan pada periode-periode
sebelumnya, kitab-kitab hadist yang dihimpun pada periode ini diantaranya
adalah :
- Al Shahih oleh Ibn Khuzaimah.(313 H)
- Al Anma’wa al Taqsim oleh Ibn Hibban (354 H)
- Al Musnad oleh Abu Amanah ( 316 H)
- Al Mustaqa oleh Ibn Jarud.
- Al Mukhtarah oleh Muhammad Ibn Abd Al Wahid al Maqdisi.
Setelah Lahirnya karya-karya diatas maka kegiatan para ulama
berikutnya pada umumnya hanyalah merujuk pada karya–karya yang telah ada dengan
bentuk kegiatan mempelajari, menghafal, memeriksa dan menyelidiki
sanad-sanadnya dan matannya.
2. Bentuk Penyusunan Kitab Hadist pada masa
periode ini:
Para Ulama Hadist Periode ini memperkenalkan sitem baru
dalam penusunan Hadist , yaitu :
a). Kitab Athraf, didalam kitab ini penyusunannya hanya
menyebutkan sebagian matan hadist tertentu, kemudian menjelaskan seluruh sanad
dari matan itu, baik dari sanad kitab hadist yang dikutib matannya ataupun dari
kitab-kitab lainya contohnya :
1. Athraf Al Shahihainis, oleh Al Dimasyqi (400 H)
2. Athraf Al Shahihainis, oleh Abu Muhammad khalaf Ibn
Muhammad al Wasithi (401 H)
3. Athraf Al Sunnah al arrba’ah, oleh Ibn Asakir al dimasyqi
(571 H)
4. Athraf Al Kutub al Sittah, oleh Muhammad Ibn Tharir al
Maqdisi ( 507 H)
b). Kitab Mustadhrak, Kitab ini memuat matan Hadist yang
diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim, atau keduanya atau lainnya, dan
selanjutnya penyusun kitab ini meriwayatkan matan hadist tersebut dengan
sanadnya sendiri, conntoh :
1. Mustadhrak Shahih Bukhari , oleh Jurjani
2. Mustadhrak Shahih Muslim, oleh Abu Awanah (316 H)
3. Mustadhrak Bukhari Muslim, oleh Abu bakar Ibn Abdan al
Sirazi (w.388 H)
c). Kitab Mustadhrak, Kitab ini menghimpun hadist-hadist
yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau yang memiliki salah satu
dari keduanya, contoh :
1. Al Mustdhrak oleh Al Hakim ( 321-405 H)
2. Al Ilzamat , oleh Al Daruquthni (306-385 H)
d). Kitab Jami’, Kitab ini menghimpun Hadist-hadist yang
termuat dalam kitab-kitab yang telah ada yaitu yang menghimpun hadsit shahih
Bukhari dan Muslim. Contohnya :Al Jami’ bayn al Shahihaini, oleh Ibn Al Furat
( Ibn Muhammad Al Humaidi (w.414 H)).,Al Jami’ bayn al Shahihaini, oleh
Muhammad Ibn Nashir al Humaidi (488 H),Al Jami’ bayan al Shahihaini, oleh Al
Baqhawi (516 H)
F. Periode Mengklasifikasikan
dan Mensistematiskan Susunan Kitab-Kitab Hadist Abad ke V sampai Sekarang
Usaha ulama ahli hadits pada abad ke V samapi sekarang
adalah ditujukan untuk mengklasifikasikan Hadits dengan menghimpun
hadits-hadits yang sejenis kandungannya atau sejenis sifat-sifat isinya dalam
satu kitab hadits. Disamping itu mereka pada men-syarahkan dan mengikhtishar
kitab-kitab hadits yang telah disusun oleh ulama yang mendahuluinya. seperti
yang dilakukan oleh Abu 'Abdillah al-Humaidi (448 H.) adapun contoh kitab-kitab
hadits pada periode ini antara lain:
- Sunan al-Kubra, Karya abu Bakar Ahmad bin Husain 'Ali al-Baihaqy (384-458 H.)
- Muntaqa al-Akhbar, karya Majduddin al-Harrany (652 H.)
- Fathu al-Bari Fi Syarhi al-Bukhari, Karya Ibnu Hajar al-'Asqolany (852 H.)./
- Nailu al-Awthar, Syarah kitab Muntaqa al-Akhbar, karya al-Imam Muhammad bin Ali al-Syaukany (1172- 1250 H.)
Hadits dimasa abad V H sampai sekarang hanya
ada sedikit tambahan dan modifikasi kitab-kitab terdahulu. Sehingga karya-karya
ulama hadits abad kelima lebih luas, simple dan sistematis. Diantara mereka
adalah :
- Abu Abdillah al-Humaidi tahun 448 H beliau mengumpulkan 2 kitab sahih sesuai urutan sanad.
- Abu Sa’adah Mubarak bin al-‘Asyir tahun 606 H beliau mengumpulkan enam kitab hadis dengan urutan bab.
- Nuruddin Ali al-Haitami beliau melengakapi 6 kitab dengan karangan-karangan lain ( selain kutub al-sittah ).
- Al-Suyuthi tahun 911 H beliau menulis kitab yang berjudul al-Jami al-Kabir
Dan muncul pula Kitab-kitab hadits targhib dan tarhib,
seperti :
- Al-Targhib wa al-Tarhib, karya al-Imam Zakiyuddin Abdul ‘Adzim al-Mundziry (656 H.)
- Dalailu al-falihin, karya al-Imam Muhammad Ibnu ‘Allan al-Shiddiqy (1057 H.) sebagai kitab syarah Riyadu al-Shalihin, karya al-Imam Muhyiddin abi zakaria al-Nawawawi (676 H.)
Pada periode ini para ulama juga menciptakan
kamus hadits untuk mencari pentakhrij suatu hadits atau untuk mengetahui dari
kitab hadits apa suatu hadits didapatkan, misalnya :
- al-Jami’u al-Shaghir fi Ahaditsi al-Basyiri al-Nadzir , karya al-Imam Jalaluddin al-Suyuthy (849-911 H.)
- Dakhairu al-Mawarits fi Dalalati ‘Ala Mawadhi’i al-Ahadits, karya al-Imam al-‘Allamah al-Sayyid Abdul Ghani al-Maqdisy al-Nabulisy.
- Al-Mu'jamu al-Mufahras Li al-Alfadzi al-Haditsi al-Nabawy, Karya Dr. A.J. Winsinc dan Dr. J.F. Mensing.
- Miftahu al-Kunuzi al-Sunnah, Karya Dr. A.J. Winsinc.
Post a Comment for "SEJARAH HADIST PADA ABAD I, II, III, IV DAN V SAMPAI SEKARANG"
komentar di sini
Post a Comment