Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SEJARAH HADIST PADA ABAD I, II, III, IV DAN V SAMPAI SEKARANG


Hadist  Pada Abad  Pertama Hijriyah, Periode ini dibagi menjadi dua fase, yaitu : pertama pada masa Rasulullah  SAW; dan kedua , masa sahabat dan tabiin

A. Hadist pada masa Rasulullah SAW.

Cara sahabat menerima Hadist pada masa Rasulullah

Ada empat cara yang ditempuh oleh para sahabat untuk mendapatkan hadist nabi muhammad SAW yaitu:
1) Mendatangi majelis taklim yang diadakan Rasulullah Saw. Rasulullah Saw selalu memyediakan waktu waktu khusus untuk mengajarkan agama Islam kepada para sahabat. Para sahabat salalu berusaha untuk menghadiri majelis taklim tersebut meskipun mereka juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Apabila mereka berhalangan , maka mereka bergantian menghadiri majelis tersebut, sebagaimana yang dilakukan Umar dan tetangganya. Yang hadir memberi tahu informasi yang mereka dapatkan kepada yang tidak hadir.

2) Terkadang Rasulullah Saw sendiri menghadapi beberapa peristiwa tertentu,kemudian beliau menjelaskan hukumnya kepada sahabat. Apabila para sahabat yang hadir menyaksikan peristiwa itu jumlahnya banyak, maka berita tentang peristiwa itu akan segera tersebar luas. Namun apabila yang hadir hanya sedikit, maka rasulullah memerintahkan mereka untuk memberitahukannya kepada sahabat lain yang tidak hadir.

3) Terkadang terjadi sejumlah peristiwa pada diri sahabat , kemudian mereka menanyakan hukumnya kepada rasululah dan Rasululah memberikan fatwa atau penjelasan hukum tentang peristiwa tersebut.
4)      Para sahabat terkadang menyaksikan Rasulullah melakukan suatu perbuatan yang berkaiatan dengan tata cara pelaksanaan ibadah seperti shalat, zakat, puasa haji dsb.sahabat yang menyaksikan perbuatan trsebut kemudian menyampaikan kepada yang lainya atau generasi sesudahnya.

Penulisan hadis pada masa Rasululah SAW

Pada masa Rasulullah keadaan hadist berbeda dengan Alquran.yang belum ditulis secara resmi.Terdapat beberapa keterangan dan argumentasi yang kadang kadang satu dengan yang lainya saling bertentangan .diantaranya adalah:
1) Larangan menulis Hadis
 Terdapat sejumlah hadis Nabi SAW yang melarang para sahabat menuliskan hadist .Di antara hadist tersebut adalah hadist yang berasal dari Said al Khudri :
لا تكتبو ا عني غير القرأن ومن كتب عني غير القرأن فليمحه- رواه مسلم  .
Artinya:
"Nabi muhammad Saw bersabda: Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Al- Quran. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu dariku selain Al- Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR. Muslim)

  • Larangan menuliskan hadist terjadi pada masa awal islam yang ketika itu dikhawatirkan terjadi pencampuradukan antara hadist dengan alquran.Tetapi setelah umat islam bertambah banyak dan mereka telah dapat membedakan antara hadist dan alquran, maka hilanglah kekhawatiran itu dan mereka diperkenankan untuk menuliskannya.
  • Larangan tersebut ditujukan terhadap mereka yang memiliki hafalan yang kuat,sehingga mereka tidak terbebani dengan tulisan; sedangkan kebolehan diberikan kepada mereka yang hafalannya yang kurang baik.
  • Larangan tersebut sifatnya umum, sedangkan kebolehan menulis diberikan khusus kepada mereka yang pandai membaca dan menulis sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menuliskannya.

2) Perintah (kebolehan) menuliskan Hadis
Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan atau membolehkan menuliskan hadis diantanya adalah:
Dari Anas Ibn Malik bahwa dia berkata, Rasullullah SAW bersabda: “ Ikatlah ilmu itu dengan tulisan (menuliskannya)."

3) Sikap para ulama dalam menghadapi kontroversi Hadis- hadis mengenai penulisan hadis. ‘Ajjaz al Khatib menyimpulkan ada beberapa pendapat yang berpariasi dalam rangka mengkompromikan dua kelompok hadist yang terlihat saling bertentangan dalam hal penulisan tersebut yakni :[2]

Faktor-faktor yang menjamin kesinambungan hadist

Ada beberapa faktor yang menjamin kesinambungan hadist, antara lain:
  1. Quwwat al-dzakirah (kuatnya hafalan para sahabat)
  2. Kehati-hatian para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW.
  3. Kehati-hatian para sahabat dalam menerima hadist.
  4. Pemahaman terhadap ayat alquran surat  Al hijr: 9. Yang artinya “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

B. Hadist Pada Masa Sahabat dan Tabi’in

1. Pengertian Sahabat dan Tabi’in
Kata sahabat (arabnya: sahabat ) menurut bahasa adalah Musytaq (pecahan) dari kata shuhbah yang berarti orang yang menemani yang lain, tanpa ada batasan waktu dan jumlah. Muhammad Jamal al din alqasimi mengatakan bahwa yang disebut sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan nabi Muhammad Saw walaupun sesaat, dalam keadaan beriman kepadanya baik meriwayatkan hadist dari beliau ataupun tidak. Sedangkan pengertian Tabi’in adalah orang yang pernah berjumpa dengan sahabat dan dalam keadaan beriman, serta meninggal dalam keadaan beriman juga.

2. Pemeliharaan Hadis Pada Masa Sahabat dan Tabi’in
Sejarah mencatat bahwa pada periode khulafa alrasyidin , khususnya Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadist begitu sedikit dan lamban. Hal ini disebabkan kecenderungan mereka secara umum untuk menyedikitkan riwayat, disamping sikap hati-hati dan teliti para sahabat dalam menerima hadist. Begitu juga dengan Ustman dan Ali yang tidak dengan mudah menerima hadist dari orang lain. Ali mengatakan ,”Aku tidak ragu-ragu menerima hadist yang langsung aku terima dari Rasulullah Saw. Tetapi jika orang lain yang meriwayatkannya maka aku akan mengambil sumpah orang tersebut. Sikap kesungguhan dan kehati-hatian juga ditunjukkan oleh para tabi’in yang datang sesudah mereka. Mereka menganggap perlu untuk mengkonfirmasi hadist yang diterima dari sahabat yang ada di Basrah dan Madinah.

3. Masa Penyebarluasan Periwayatan Hadis
Wilayah kekuasaan Islam pada periode Utsman telah meliputi seluruh jazirah Arabia, wilayah Syam (Palestina, Yordania, Siria, dan Libanon), seluruh kawasan Irak, Mesir, Persia, dan kawasan Sanarkand. Diantara kota-kota yang banyak terdapat para sahabat dan aktifitas periwayatan hadist adalah:
  • Madinah

Di kota ini terdapat para sahabat yang mempunyai ilmu yang luas dan mendalam tentang hadist, diantaranya adalah Khulafa’ al Rasyidin,Aisyah,’Abdullah bin Umar, Abu said al Khudri, Zaid bin Tsabit dan lainnya.
  • Mekkah

Setelah kota mekkah ditaklukan pada masa Nabi Muhammad Saw, disana ditunjuk Muadz bin jabal sebagai guru yang mengajari  para penduduk setempatn tentang masakah halal dan haram dan memperdalam pengetahuan mereka mengenai ajaran Islam dan sumber sumbernya yaitu Alquran dan hadist. Dikota ini muncul juga para ulama hadist seperti Mujahid, ‘Atha bin Abi Rabah, Thawus ibn Kisan, Ikrimah maula ibn Abbas, dll.
  • Kufah

Setelah Irak ditaklukan pada masa Khalifah Umar ibn al Khattab, dikota Kufah tinggal sejumlah besar sahabat, diantaranya Ali ibn abi Thalib,Saad bin Abi Waqqash, Said ibn Zaid ibn ‘amr ibn Nufail,Abdullah bin Mas’ud dll.
  • Basrah

Dikota Basrah terdapat sejumlah sahabat,seperti Anas ibn Malik yang dikenal dengan Imam fi al Hadisth di Basrah, Abu Musa al asyari, abdullah bin Abbas, dll. Juga melahirkan tokoh terkenal dari kalangan tabiin , seperti Al Hasan al Bashri, dan Muhammad ibn Sirrin.

4. Penulisan Hadis Pada Masa Sahabat dan Tabi’in
Kegiatan penulisan hadis pada masa Rasul SAW bagi mereka yang diberi kelonggaran oleh Rasul SAW untuk melakukannya, namun para sahabat, pada umumnya menahan diri dari melakukan penulisan hadis dimasa pemerintahan Khulafa al-Rasidin. Hal tersebut adalah karena besarnya keinginan mereka untuk menyelamatkan Al- Qur’an Al- Karim dan sekaligus Sunah (Hadis), Salah seorang sahabat yakni Umar menyatakan penolakannya terhadap penulisan hadis adalah disebabkan adanya kekhawatiran berpalingnya umat Islam untuk menuliskan suatu yang lain selain Al-Qur’an dan melontarkan kitab Allah (Al-Qur’an). Justru itu beliau melarang umat Islam untuk menuliskan sesuatu yang lain dari Al- Qur’an, termasuk hadis. Akan halnya Tabi’in, sikap mereka dalam hal penulisan hadis adalah mengikuti jejak para sahabat. Hal ini tidak lain adalah karena para Tabi’in memperoleh ilmu, termasuk didalamnya hadis-hadis Nabi SAW adalah dari para sahabat. Akan tetapi tatkala Umar melihat bahwa pemeliharaan terhadap alquran telah aman dan terjamin, Beliau pun mulai menuliskan sebagian hadist nabi yang selanjutnya dikirimkan kepada sahabat dan pegawainya.

C. Hadis Pada Abad Ke II Hijriyah

Pada periode ini hadis-hadis Nabi SAW mulai ditulis dan dikumpulkan secara resmi. ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz, salah seorang khalifah dari dinasti Umayah yang mulai memerintah dipenghujung abad pertama Hijriyah, merasa perlu untuk mengambil langkah-langkah bagi penghimpunan dan penulisan hadis Nabi secara resmi, yang selama ini berserakan didalam catatan dan hafalan para sahabat dan Tabi’in.

Terdapat beberapa Faktor-faktor yang mendorong pengumpulan dan pengkodifikasian hadist pada periode ini diantaranya adalah :
1. Tidak adanya lagi penghalang untuk menuliskan dan membukukan hadist, yaitu kekahawatiran bercampurnya hadist dengan Alquran . Karena Alquran ketika itu telah dibukukan dan disebarluaskan
2.  munculnya kekhawtiran akan hilang dan lenyapnya hadist karena banyaknya para sahabat yang meninggal dunia akibat usia lanjut dan karena seringnya terjadi peperangan.
3. Semakain maraknya kegiatan pemalsuan hadist yang dilatarbelakangi oleh perpecahan politik dan perbedaan mazhab di kalangan umat islam.
4. Semakin luasnya daerah kekuasaan Islam disertai dengan semakin banyak dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi umat Islam.

Dengan tersebarnya Islam, terpencarnya sahabat dan sebagian wafat, maka mulai terasa perlunya pembukuan hadits. Hal ini menggerakkan khalifah Umar bin Abdul Aziz (menjabat th 99H-101H) untuk memerintahkan para ulama untuk menghimpun dan mengumpulkan hadist terutama pada Abubakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (qadhi Madinah) dan Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab az Zuhri al-Madani (tokoh ulama Hijaz dan Syam 124H).
Setelah kedua tokoh ini maka mulailah banyak yang mengikuti mereka seperti Ibnu Juraij (150-H) dan Ibnu Ishaq (151-H) di Makkah; Ma'mar (153-H) di Yaman; al-Auza'i (156-H) di Syam; Malik (179-H), Abu Arubah (156-H) dan Hammah bin Salamah (176-H) di Madinah; Sufyan ats-Tsauri (161-H) di Kufah; AbduLLAH bin Mubarak (181-H) di Khurasan; Husyaim (188-H) di Wasith; Jarir bin abdul Hamid (188-H) di Ray,dan Abdullah ibn Wahab (125 H ) di Mesir.
Kitab yang mahsyur pada saat itu adalah :
  • Mushannaf oleh Syu'bah bin al-Hajjaj (160-H)
  • Mushannaf oleh Al-Laits bin Sa'ad (175-H)
  • Al-Muwaththa' oleh Malik bin Anas al-Madani, Imam Darul Hijrah (179-H).
  • Mushannaf oleh Sufyan bin Uyainah (198-H)
  • Al-Musnad al Syafi’i oleh  Imam asy-Syafi'i (204-H)
  • Al Sirat an Nabawiyah oleh Ibn Ishaq.

D. Hadist Pada Masa Ke-III Hijriah (Masa Pemurnian, Penshahihan dan penyempurnaan Kodifikasi)

Periode ini berlangsung pada masa Pemerintahan Khalifah Al Ma’mun sampai pada awalpemerintahan khalifah Al-Muqtadir dari kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini ulama memusatkan perhatian mereka pada pemeliharaan keberadaan dan terutama kemurnian Hadist Nabi SAW, sebagai antisipasi mereka terhadap pemalsuan Hadist yang semakin marak.

1.  Kegiatan Pemalsuan Hadist
Pada abad ke-II hijriah telah banyak melahirkan para Imam Mujtahid di berbagai bidang, diantaranya dibidang Fiqih dan Ilmu Kalam. Meskipun dalam beberapa hal mereka berbeda pendapat, akan tetapi mereka saling merhormati. Akan tetapi memasuki abad ke-3 Hijriah , para pengikut masing-masing imam berpendapat bahwa imam nya lah yang benar, sehingga menimbulkan bentrokan pendapat yang semakin meruncing. Diantara pengikut fanatik akhirnya menciptakan hadist-hadist palsu dalam rangka memaksakan pendapat mereka.

Dan setelah Khalifah Al Ma’mun berkuasa mendukung golongan Mu’tazilah. Perbedaan pendapat tentang kemakhlukan Al Qur’an dan siapa yang tidak sependapat akan dipenjara dan disiksa, salah satu Imam yaitu Imam Ahmad Bin Hambal yang tidak mengakuinya. Setelah pemerintahan Al Muwakkil, maka barulah keadaan berubah positif bagi ulama.

2. Upaya Pelestarian Hadist.
Diantara kegiatan yang dilakukan oleh para ulama Hadist dalam rangka memelihara kemurnian Hadist Rasulullah SAW adalah :
  • Perlawatan ke daerah-daerah
  • Pengklsifikasian Hadist kepada : Marfu’ (disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw), Mawquf (disandrkan kepada sahabat ), dan Maqthu’( disandarkan kepada tabi;in ).
  • Penyeleksian kualitas Hadist dan pengklasifikasian kepada : Shahih, Hasan, Dha’if.

3. Tokoh-tokoh Pengumpul Hadist
Diantara tokoh-tokoh Hadist yang lahir pada masa ini adalah :Ali Ibn Madany, Abu Hatim Ar Razy, Muhammad Ibn Jarir ath Thabary, Muhammad Ibn Sa’ad, Ishaq Ibn Rahawaih, Ahmad, Al Bukhari Muslim, An Nasa’I, Abu Daud, At Turmudzy, Ibnu Majah, Ibnu Qutaibah Ad Dainury

4. Bentuk penyusunan Kitab hadist pada Abad ke III Hijriyah
  • Kitab Shahih, kitab ini hanya menghimpun hadist-hadist sahih,sedangkan yang tidak shahih tidak dimasukkan kedalamnya.Penyusunannya berbentuk Mushannaf, Yaitu penyajian berdasarkan bab masalah tertentu. Hadist yang dihimpun menyangkut masalah fiqh ,aqidah ,akhlak ,sejarah dan tafsir .Contoh : sahih Muslim dan sahih Bukhari.
  • Kitab Sunan. Didalam kitab ini dijumpai hadist yang sahih dan juga hadit dhaif yang tidak terlalu lemah dan mungkar.Terhadap hadist dhaif dijelaskan sebab kedhaifannya. Bentuk penyusunannya berbentuk Mushannaf dan hadistnya terbatas hanya pada masalah fiqh . Contoh: Sunan Abu Dawud, Sunan at Turmidzi, Sunan al Nasai, Sunan Ibn Majah dan Sunan al Darimi.
  • Kitab Musnad. Didalam kitab ini hadist disususn berdasrkan nama perawi pertama. Urutan nama perawi pertama ada yang berdasrkan nabi kabilah seperti bani hasyim dsb. Ada juga yang berdasarkan nama sahabat berdasrkan urutan waktu memeluk Islam,dan ada yang berdasarkan hijaiyah dll. Contoh : Musnad Ahmad ibn Hanbal, Musnad Abu qasim Albaghawi, dan musnab ustman ibn abi syaibah.


E. Hadist pada abad ke-IV sampai ke-V (Masa Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan).

1. Kegiatan periwayatan Hadist pada periode ini.
Periode ini dimulai pada masa Khlifah Al Muktadir sampai Khalifah Al Muktashim. Meskipun kekuasaan Islam Pada periode ini mulai melemah dan bahkan mengalami keruntuhan pada abad ke-7 Hijriah akibat serangan Hulaqu Khan, Cucu dari Jengis Khan. Kegiatan para Ulama Hadist tetap berlansung sebagaimana periode-periode sebelumnya, hanya saja hadist-hadist yang dihimpun pada periode ini tidaklah sebanyak penghimpunan pada periode-periode sebelumnya, kitab-kitab hadist yang dihimpun pada periode ini diantaranya adalah :
  • Al Shahih oleh Ibn Khuzaimah.(313 H)
  • Al Anma’wa al Taqsim oleh Ibn Hibban (354 H)
  • Al Musnad oleh Abu Amanah ( 316 H)
  • Al Mustaqa oleh Ibn Jarud.
  • Al Mukhtarah oleh Muhammad Ibn Abd Al Wahid al Maqdisi.

Setelah Lahirnya karya-karya diatas maka kegiatan para ulama berikutnya pada umumnya hanyalah merujuk pada karya–karya yang telah ada dengan bentuk kegiatan mempelajari, menghafal, memeriksa dan menyelidiki sanad-sanadnya dan matannya.
2. Bentuk Penyusunan Kitab Hadist pada masa periode ini:
Para Ulama Hadist Periode ini memperkenalkan sitem baru dalam penusunan Hadist , yaitu :
a). Kitab Athraf, didalam kitab ini penyusunannya hanya menyebutkan sebagian matan hadist tertentu, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu, baik dari sanad kitab hadist yang dikutib matannya ataupun dari kitab-kitab lainya contohnya :

1. Athraf Al Shahihainis, oleh Al Dimasyqi (400 H)
2. Athraf Al Shahihainis, oleh Abu Muhammad khalaf Ibn Muhammad al Wasithi (401 H)
3. Athraf Al Sunnah al arrba’ah, oleh Ibn Asakir al dimasyqi (571 H)
4. Athraf Al Kutub al Sittah, oleh Muhammad Ibn Tharir al Maqdisi ( 507 H)

b). Kitab Mustadhrak, Kitab ini memuat matan Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim, atau keduanya atau lainnya, dan selanjutnya penyusun kitab ini meriwayatkan matan hadist tersebut dengan sanadnya sendiri, conntoh :
1. Mustadhrak Shahih Bukhari , oleh Jurjani
2. Mustadhrak Shahih Muslim, oleh Abu Awanah (316 H)
3. Mustadhrak Bukhari Muslim, oleh Abu bakar Ibn Abdan al Sirazi (w.388 H)

c). Kitab Mustadhrak, Kitab ini menghimpun hadist-hadist yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau yang memiliki salah satu dari keduanya, contoh :
1. Al Mustdhrak oleh Al Hakim ( 321-405 H)
2. Al Ilzamat , oleh Al Daruquthni (306-385 H)

d). Kitab Jami’, Kitab ini menghimpun Hadist-hadist yang termuat dalam kitab-kitab yang telah ada yaitu yang menghimpun hadsit shahih Bukhari dan Muslim. Contohnya :Al Jami’ bayn al Shahihaini, oleh Ibn Al Furat ( Ibn Muhammad Al Humaidi (w.414 H)).,Al Jami’ bayn al Shahihaini, oleh Muhammad Ibn Nashir al Humaidi (488 H),Al Jami’ bayan al Shahihaini, oleh Al Baqhawi (516 H)

F.  Periode Mengklasifikasikan dan Mensistematiskan Susunan Kitab-Kitab Hadist Abad ke V sampai Sekarang

Usaha ulama ahli hadits pada abad ke V samapi sekarang adalah ditujukan untuk mengklasifikasikan Hadits dengan menghimpun hadits-hadits yang sejenis kandungannya atau sejenis sifat-sifat isinya dalam satu kitab hadits. Disamping itu mereka pada men-syarahkan dan mengikhtishar kitab-kitab hadits yang telah disusun oleh ulama yang mendahuluinya. seperti yang dilakukan oleh Abu 'Abdillah al-Humaidi (448 H.) adapun contoh kitab-kitab hadits pada periode ini antara lain:
  • Sunan al-Kubra, Karya abu Bakar Ahmad bin Husain 'Ali al-Baihaqy (384-458 H.)
  • Muntaqa al-Akhbar, karya Majduddin al-Harrany (652 H.)
  • Fathu al-Bari Fi Syarhi al-Bukhari, Karya Ibnu Hajar al-'Asqolany (852 H.)./
  • Nailu al-Awthar, Syarah kitab Muntaqa al-Akhbar, karya al-Imam Muhammad bin Ali al-Syaukany (1172- 1250 H.)

Hadits dimasa abad V H sampai sekarang hanya ada sedikit tambahan dan modifikasi kitab-kitab terdahulu. Sehingga karya-karya ulama hadits abad kelima lebih luas, simple dan sistematis. Diantara mereka adalah :
  • Abu Abdillah al-Humaidi tahun 448 H beliau mengumpulkan 2 kitab sahih sesuai urutan sanad.
  • Abu Sa’adah Mubarak bin al-‘Asyir tahun 606 H beliau mengumpulkan enam kitab hadis dengan urutan bab.
  • Nuruddin Ali al-Haitami beliau melengakapi 6 kitab dengan karangan-karangan lain ( selain  kutub al-sittah ).
  • Al-Suyuthi tahun 911 H beliau menulis kitab yang berjudul al-Jami al-Kabir

Dan muncul pula Kitab-kitab hadits targhib dan tarhib, seperti :
  • Al-Targhib wa al-Tarhib, karya al-Imam Zakiyuddin Abdul ‘Adzim al-Mundziry (656 H.)
  • Dalailu al-falihin, karya al-Imam Muhammad Ibnu ‘Allan al-Shiddiqy (1057 H.) sebagai kitab syarah Riyadu al-Shalihin, karya al-Imam Muhyiddin abi zakaria al-Nawawawi (676 H.)

Pada periode ini para ulama juga menciptakan kamus hadits untuk mencari pentakhrij suatu hadits atau untuk mengetahui dari kitab hadits apa suatu hadits didapatkan, misalnya :
  • al-Jami’u al-Shaghir fi Ahaditsi al-Basyiri al-Nadzir , karya al-Imam Jalaluddin al-Suyuthy (849-911 H.)
  • Dakhairu al-Mawarits fi Dalalati ‘Ala Mawadhi’i al-Ahadits, karya al-Imam al-‘Allamah al-Sayyid Abdul Ghani al-Maqdisy al-Nabulisy.
  • Al-Mu'jamu al-Mufahras Li al-Alfadzi al-Haditsi al-Nabawy, Karya Dr. A.J. Winsinc dan Dr. J.F. Mensing.
  • Miftahu al-Kunuzi al-Sunnah, Karya Dr. A.J. Winsinc.


Post a Comment for "SEJARAH HADIST PADA ABAD I, II, III, IV DAN V SAMPAI SEKARANG"