ANTARA GURU DAN MURID DALAM PERSPEKTIF NILAI (Sebuah Renungan)
Mengapa Sampai Kapanpun Seorang Guru Tetaplah Guru, Sementara Murid Senantiasa Dinamis Tumbuh dan Berkembang Sesuai Dengan Potensi dan Tempaannya
Hal itu, bisa diilustrasikan Dalam sebuah diskusi *_"Antara Murid dan Guru"_* di bawah ini :
*_1. MURID :_*
Jika memang benar para guru adalah orang-orang yang pintar, mengapa bukan para guru yang menjadi pemimpin dunia, pengusaha sukses, dan orang-orang kaya raya itu ?
*_GURU :_*
Sang Guru tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia masuk ke ruangan nya, dan keluar kembali dengan membawa sebuah timbangan.
Ia meletakkan timbangan tersebut di atas meja, dan berkata : *_Anakku, ini adalah sebuah timbangan, yang biasa digunakan untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5000 gram_*
Berapa kira-kira harga emas seberat itu, anakku ?
*_2. MURID :_*
Murid mengernyitkan keningnya, menghitung dengan kalkulator dan kemudian ia menjawab :
Jika harga satu gram emas adalah 800 ribu rupiah, maka 5000 gram akan setara dengan 4 milyar rupiah.
*_GURU :_*
Sang Guru pun menjawab : baiklah anakku. Sekarang coba bayangkan seandainya ada seseorang yang datang kepadamu membawa timbangan ini dan ingin menjualnya seharga emas 5000 gram, adakah yang bersedia membelinya ?
*_3. MURID :_*
Lalu Murid pun berkata : Timbangan emas tidak lebih berharga dari emasnya. Saya bisa mendapatkan timbangan tersebut dengan harga dibawah dua juta rupiah. Dan mengapa harus membayar sampai 4 milyar ?
*_GURU :_*
Guru menjawab : Nah, anakku, kini kau sudah mendapatkan pelajaran, bahwa kalian para murid, adalah seperti emas dan kami para guru adalah timbangan yang berfungsi mem bobot prestasimu. Kalianlah yang seharusnya menjadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar kemajuan mu.
Kemudian Sang Guru pun bertanya lagi : Jika ada seseorang datang kepadamu membawa sebongkah berlian di tangan kanannya dan seember keringat di tangan kirinya, kemudian ia berkata : *_Di tangan kiriku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada di tangan kananku ini. Dan tanpa keringat ini tidak akan ada berlian, maka belilah seember keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian ini_*
Apakah ada yang mau membeli keringat ini ?
*_Tentu tidak ada_* Ujar Sang guru lagi.
Orang hanya akan membeli berliannya dan mengabaikan keringatnya. Biarlah kami *_para guru_*, menjadi keringat itu, dan kalianlah yang menjadi berliannya.
*_4. MURID :_*
Mendengan kata-kata terakhir Sang Guru,
Sang murid pun tak kuasa menahan tangisnya. Ia memeluk Sang Guru dan berkata : *_Wahai guru, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlasnya kalian, terima kasih guruku. Kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kemajuan kami, setiap kilau berlian kami, ada tetes keringatmu... Wahai Guruku ..._*
*_GURU :_*
Lalu, Sang Guru berkata : Biarlah keringat itu menguap, mengangkasa menuju alam hakiki disisi Illahi Rabbi. Mengapa begitu ? karena : *_hakikat akhirat lebih mulia dari segala pernak-pernik yang ada di dunia ini_*.
Semoga hidup kita semakin bermanfaat dan berkah, aamiin YRA
*_UNTUK SEMUA GURUKU, WABIL KHUSUS GURU NGAJIKU_*. Terima kasih atas segenap perjuanganmu yang telah mendidikku.
*_Barakallohu fiikum jami'an..._*
Post a Comment for "ANTARA GURU DAN MURID DALAM PERSPEKTIF NILAI (Sebuah Renungan)"
komentar di sini
Post a Comment