Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Problematika Haid atau Menstruasi Menurut Islam



Haid atau sering juga disebut menstruasi merupakan sebuah rutinitas bagi seorang wanita yang sudah baligh dan normal. Bagi umat Islam mempelajari hal tersebut tentunya sangat penting karena banyak bersangkutan dengan Thaharah atau bersuci dan Ubudiyyah. Maka sebagai seorang muslim dan muslimah kita harus tahu permasalah-permasalahan dalam hal haid atau menstruasi.

Definisi Haid

Haid menurut bahasa artinya ialah mengalir. Adapun menurut istilah

Syara’, yang dinamakan haid ialah darah yang kebiasaan keluar dari farji (kemaluan) seorang wanita yang telah berusia sembilan tahun, bukan karena melahirkan, dalam keadaan sehat dan warnanya merah semu hitam


Dasar Hukum Haid

Adapun dasar hukum Haid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala

dalam Alqur’an sebagai berikut:

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللهِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ : سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ الْقَاسِمِ قَالَ : سَمِعْتُ الْقَاسِمَ يَقُولُ : سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُولُ خَرَجْنَا لاَ نَرَى إِلاَّ الْحَجَّ فَلَمَّا كُنَّا بِسَرِفَ حِضْتُ فَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَأَنَا أَبْكِي ، قَالَ : مَا لَكِ أَنُفِسْتِ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ فَاقْضِي مَا يَقْضِي الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِي بِالْبَيْتِ قَالَتْ وَضَحَّى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ نِسَائِهِ بِالْبَقَرِ 

Hadits di atas menyebutkan bahwa Aisyah RA saat berhaji dengan Rasulullah SAW dan ketika sampai di Kota Sarf ia menangis karena haid sehingga ia tidak dapat melanjutkan ibadah hajinya. Rasulullah SAW mencoba menenangkannya dengan mengatakan, “Sungguh ini adalah perkara yang telah ditetapkan Allah untuk anak-anak prempuan keturunan Adam, maka selesaikanlah rangkaian ibadah haji yang harus diselesaikan selain Thawaf.” Aisyah berkata, “Dan (setelah itu) Rasulullah SAW menyembelih sapi untuk para istrinya.”

Binatang Yang Mengalami Haid

Adapun hayawan atau binatang yang mengalami haid adalah delapan
macam, yaitu sebagai berikut:
1. Orang wanita
2. Binatang kelawar
3. Binatang dlabu’ atau kera
4. Binatang kelinci (Jawa: mermut)
5. Binatang unta
6. Binatang cecak
7. Binatang kuda
8. Binatang anjing.

Akan tetapi selain orang wanita, binatang-binatang tersebut haidnya tidak tertentu (Bujairami ala Al Khatib: 1/300).

Tanda-Tanda Balig Bagi Wanita

Tanda-tanda balig bagi seorang anak wanita terdapat lima macam. Apabila salah satu dari lima perkara terdapat padanya, maka dihukumi sudah 
balig, ialah sebagai berikut:

1. Sudah sampai umur 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar darah Haid setelah umur 9 tahun Qamariyah Taqriban, ya-itu kira-
kira atau kurang sedikit dari 15 hari, walaupun hanya sebentar (Kasyifatual Syaja: 16).
4. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah (Tabyinal Ishlah:
157).
5. Dan kedua buah dadanya sudah menonjol ke depan secara jelas (Bidayatul Ummat: )

Tanda-Tanda Balig Bagi Lelaki

Adapun tanda-tanda balig bagi seorang anak lelaki sebanyak empat
perkara. Apabila didapati pada seorang anak lelaki salah satu dari empat
perkara, maka anak tersebut dihukumi sudah berumur balig, yaitu sebagai
berikut:
1. Sudah sampai umum 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah. (Tabyinal Ishlah: 157).  
Permulaan Haid Bagi Wanita

Usia paling muda waktu keluar darah haid bagi seorang anak wanita, ialah berumur 9 tahun Qamariyah Taqriban (kira-kira). Adapun pengertian taqriban atau kira-kira ialah, apabila seorang anak wanita yang cukup umur 9 
tahun kurang 16 hari dan malamnya ke atas (waktu yang cukup digunakan paling sedikitnya haid dan paling sedikitnya suci), mengeluarkan darah, maka  
tidak dihukumi haid, tetapi dihukumi darah istihadlah atau darah rusak .(Fathul Qarib pada Hamisy Al Bajuri:1/112 dan Abyanal Hawaij: 11/268)

Adapun pada waktu mengeluarkan darah seorang wanita, sudah berusia 9 tahun kurang dibawahnya 16 hari dan malam (waktu yang tidak cukup untuk paling sedikitnya haid serta paling sedikitnya suci) maka dihukumi darah haid.  

Apabila seorang wanita mengeluarkan darah beberapa hari yang sebagian sebelum waktunya bisa haid, dan yang sebagian lagi setelah waktunya bisa haid, maka darah yang pertama dihukumi darah istihadlah, dan darah yang akhir dihukumi darah haid.  

Suatu Contoh

Sorang anak wanita cukupnya umur 9 tahun masih kurang 20 hari dan malam, lalu ia mengeluarkan darah lagi lamanya 10 hari dan malam, maka darah yang pertama selama 4 hari dan malam lebih sedikit, dihukumi darah istihadlah, karena kurangnya dari cukup umur 9 tahun masih cukup untuk haid serta suci.  

Adapun darah yang tertinggal, yang lamanya 6 hari dan malam, kurang sedikit, dihukumi darah haid, karena kurangnya dari cukup u-mur 9 tahun sudah tidak cukup untuk haid serta suci. (Hasyiyah al-Jamal ala Syarhi al- 
Minhaj: 1/236).

Lamanya Waktu Haid dan Sucinya

Seorang wanita mengeluarkan darah yang dihukumi haid adalah sekurang-kurangnya masa sehari semalam atau 24 jam, baik selama 24 jam itu darah keluar terus menerus, atau terputus-putus selama 15 hari dan malam. Yakni suatu tempo keluar darah di tempo lain putus darah, yang seandainya mengeluarkan darahnya itu terjumlah cukup 24 jam, hal ini dihukumi darah 
haid, asalkan semuanya itu masih didalam 15 hari dan malam. 

Sehingga, apabila darah yang keluar jumlahnya tidak cukup 24 jam, tidaklah dihukumi darah haid, melainkan dihukumi darah istiha-dlat (Minhajual-Qawim: 29 dan Abyanal Hawaij: 11/268). 

Bahwa yang dimaksud dengan bil ittishal atau terus menerus yaitu seumpama kapuk kapas dimasukkan ke dalam kemaluan wanita, masih adanya darah itu, masih dihukumi mengeluarkan darah, sekalipun darah tidak sampai ke luar ke tempat yang wajib dibasuh ketika istinja’ (ber-suci). Hasyiyah Al Turmusi ala al Minhaju al-Qawim: 1/538). 

Adapun sebanyak-banyaknya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan 15 malam. 
Pada kebiasaanya, mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7 hari dan malam. 

Semuanya ini berdasarkan hasil penelitian Imam Syafi’i Ra kepada wanita Arab di Timut Tengah. Adapun paling lamanya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari dan malam (Al Minhaju al-Qawim: 29). 

Dan sekurang-kurangnya suci yang memisahkan antara satu haid dengan haid yang lain ialah 15 hari dan 15 malam. Adapaun sebanyak-banyaknya suci tidak ada batasnya, bahkan kadang sudah tidak keluar darah haid lagi, karenausia atau keadaan. Dan pada kebiasaannya suci tersebut meliha kepada kebiasaannya haid. Apabila haidnya enam hari, maka sucinya adalah 24 hari, dan apabila haidnya itu tujuh hari, maka sucinya adalah 23 hari (Qutu al-Habib: 44). 
 
Masalah-Masalah

Darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita yang sedang hamil adalah termasuk darah haid, apabila lamanya sehari semalam serta tidak lebih dari 15 hari dan malamnya, dan mengeluarkan darah tersebut sebelum melahirkan anak (Fathul Wahhab: 1/27). 

Seorang wanita ketika mengeluarkan darah haid dengan terputus putus, semuanya dihukumi haid, baik ketika mengeluarkan darah atau ketika putus yang ada sela-selanya itu.

Ketahuilah!

Seorang wanita, sama saja Mubtadi’at (baru sekali mengeluarkan darah) atau Mu’tadat (yang sudah pernah haid dan suci), dihukumi haid (haram melaksanakan perkara yang diharamkan kepada orang yang haid), 
sebab hanya mengeluarkan darah). 

Kemudian kalau darah tersebut ternyata putus sebelum cukup sehari semalam, maka hukumnya bukan darah haid, sehingga ia diwajibkan mengqadla shalat yang di tinggalkan selama mengeluarkan darah tersebut. Dan apabila darah itu sampai cukup sehari semalam, maka tentunya dihukumi darah haid. (Hasyiyah Al Syarqawi ‘ala al-Tahrir: 1/152).











Post a Comment for "Problematika Haid atau Menstruasi Menurut Islam"