Contoh Proposal Skripsi
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan, dikeluarga pendidikanbukan berjalan atas dasar ketentuan yang memang diformalkan, akan tetapi tumbuh dari kesadaran moral antar orang tua dan anak. Keluarga merupakan sebuah lembaga awal dalam kehidupan anak dan dianggap sebagai lembaga yang paling dekat dengan anak karena keluarga mempunyai waktu lebih lama dengan anak, tentu saja keluarga mempunyai andil besar dalam pendidikan dan perekembangan anak. Secara psikologis siswa SD tengah mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Masa remaja awal merupakan masa yang sulit. Satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa, sedangkan pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Fase ini menuntut orang tua mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan dan mendampingi perkembangan anak karena pada umumnya anak SD mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, menyukai 2 hal-hal yang menantang, mulai tertarik dengan kelompok sosial sehingga berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian dan karakater anak. Pemilihan lembaga pendidikan yang paling tepat bagi anak, merupakan hal yang penting bagi orang tua karena dengan memasukan anak kesekolah yang yang baik para orang tua berharap kelak anaknya mendapatkan pendidikan yang dapat mengembangkan potensi, bakat dan keterampilan yang dimilikinya secara maksimal, akan tetapi kebanyakan orang tua kurang memahami pentingnya peran mereka dalam memberikanpendidikan terhadap anaknya.
Pola pengasuhan orang tua kepada anak pada masa-masa remaja ataupada saat anak berada di lingkungan sekolah dapat mempengaruhi prestasi belajar anak. Terutama ditingkat SD pola pengasuhan orang tua sangat dibutuhkan, karena dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi seseorang. Dukungan tersebut dapat berupa pujian, perhatian, cinta dan kasih sayang. Wirowidjojo (Slameto, 2003: 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Dikatakan pertama karena disinilah seseorang pertama kali mendapatkan pendidikan dan dikatakan utama karena disini pula seseorang memperoleh dasar/bekal untukmelangkah pada kehidupan selanjutnya. Penentuan keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah dapat dilihat pada hasil kegiatan siswa yaitu bagaimana sikap siswa menanggapi tugas mandiri atau tugas kelompok 3 yang diberikan oleh guru, bagaimana siswa menyelesaikan tugas-tugasyang diberikan dan mendapatkan skor yang baik, maka ada beberapa faktor yang dapat mendukung kegiatan belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pola asuh orang tua siswa kelas IV SD Negeri Keji 1 Muntilan ?
Bagaiamana pengaruh perana pola asuh orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Keji 1Muntilan pada mata pelajaran pendidikan agama islam ?
C. Tujuan Penelitian
Agar mengetahui bagiaman pola asuh orang tua terhadap anak
Agar mengetahui pengaruh perana pola asuh orang tua siswa terhadap hasil belajar sisiwa kelas IV SD Negeri Keji 1 Muntilan pada mata pelajaran pendidikan agama islam
D. Kegunaan
1. Teoritis
Diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi perkembangan ilmu pemgetahuan khususnya ilmu pendidikan serta dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta lebih mendukung teori –teori yang telah ada.
2. Praktis
Memberi informasi kepada siswa bahwa pola asuh dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
Bagi guru
Memberikan masukan kepada guru dan pihak sekolah bahwa betapa pentingnya kedisiplinan belajar siswa serta komunikasi terhadap wali murid
Dapat memberi tahukan bahwasanya pola asuh dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
E. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara tentang hubungan dua variabel atau lebih, jadi yang di maksud hipotesis adalah jawaban yang bersifat semantara, belum sampai pada titik akhir masih memerlukan pembuktian. Untuk memperoleh pembuktian itu melalui penelitian. Berdaarkan asumsi sematra maka hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa
F. Metode Penelitian
1. Waktu dan tempat
SENIN, 22 Oktober 2019
SD NEGERI KEJI 1 MUNTILAN
SELASA, 23 Oktober 2019
SD NEGERI KEJI 1 MUNTILAN
2. Subjek dan objek
Seluruh Siswa Siswi SD Negeri Keji 1 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang
Siswa Siswi Kelas IV SD Negeri Keji 1 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang
3. Populasi dan sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Siswa Siswi SD Negeri Keji 1 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Siswa kelas IV SD Negeri Keji 1 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.
4. Jenis Kelamin
Putra: 18
Putri: 6
Jumlah: 24
5. Teknik Pengumpulan Data
Merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik yang digunakan ialah
Angket
Pengertian Kuesioner atau Angket
Kuesioner atau angket adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.Penggunaan kuesioner :
Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan.
Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.
Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.
Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut..
Pengambilan Data Angket / kuisoner
Angket/ kuisoner adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga.
Skala Dalam Kuisoner
Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut :
Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
Agar respoden memilih subjek kuesioner.
Empat Bentuk Skala Pengukuran
Nominal
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 = Basis Data, 4 = Program e-mail
Ordinal
Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.
Rasio
Skala rasio hampir sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan.
Jenis-Jenis Angket
Berdasarkan bentuk pertanyaan dalam angket dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
Pertanyaan terbuka (open quetions)Pertanyaan terbuka ialah suatu pertanyaan dimana responden diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan bahasa dan logika mereka.Hal senada juga dinyatakan bahwa pertanyaan terbuka ialah suatu kebebasan yang diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan. Minsalnya: hukuman apakah yanga saudara anggap paling sserasi bila siswa tidak membuat PR-nya?Begitu juga panjang pendeknya jawaban yang diberikan diserahkan sepenuhnya pada responden. Pertanyaan terbuka ini sama dengan pertanyaan essay pada evaluasi hasil belajar.
Pertanyaan tertutup (closed quetions)Pertanyaan tetutup ialah kebalikkan dari pertanyaan terbuka, dimana pada pertanyaan tertutup respondennya hanya memiliki “option “ atau pilihan jawaban yang telah disediakan.Hal senada juga dinyakan bahwa pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang disertai oleh pilihan jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti, yakni dapat berbentuk ‘ya’ atau ‘tidak’, dapat pula berbentuk sejumlah alternatif atau pilihan ganda.Ada dua contoh teori yang dapat digunakan dalam pertanyaan tetutup, yaitu:
Likert style formats; ranting scales. Dengan format ini, responden diminta untuk memilih salah satu option yang disedikan bekanaan dengan statement atau pertanyaan yang mendahului options tersebut.
Contoh:Tak seorang pun benar-benar bisa merasakan bagaimana tidak enaknya perperangan itu, kecuali mengalaminya sendiri.
Sangat setuju
Setuju
Tidak bisa memutuskan
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Semantic differential. Bentuk ini adalah responden diminta memilih atau menempatkan pilihannya diantara dua kata sifat yang berada pada dua kontinum dan ekstrim.
G. Kajian Teori
1. Pola asuh
Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama sebelum anak memperoleh pendidikan di sekolah, karena dari keluargalah anak pertama kalinya belajar. Jadi keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja, tetapi lebih dari itu adalah pembentuk kepribadian anak.
Menurut Kohn, pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
Tarsis Tarmudji, menyatakan bahwa, pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan dengan norma-norma yang ada di masyarakat.
2. Jenis-Jenis pola Asuh Orang Tua
Definisi pola asuh permissif menurut beberapa ahli yaitu :
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang tua cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua, tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan.
Prasetya dalam Anisa (2005) menjelaskan bahwa pola asuh permissif atauü biasa disebut pola asuh penelantar yaitu di mana orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri, perkembangan kepribadian anak terabaikan, dan orang tua tidak mengetahui apa dan bagaimana kegiatan anak sehari-harinya.
Dariyo dalam Anisa (2005) juga menambahkan bahwa pola asuh permissifü yang diterapkan orang tua, dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Namun bila anak mampu menggunakan kebebasan secara bertanggung jawab, maka dapat menjadi seorang yang mandiri, kreatif, dan mampu mewujudkan aktualitasnya.
Definisi pola asuh otoriter menurut beberapa ahli yaitu :
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang mendidik anak denganü menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang tua menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orang tua, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), dan orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.
Menurut Gunarsa (2000), pola asuh otoriter yaitu pola asuh di manaü orang tua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya.
Definisi pola asuh demokratis menurut beberapa ahli yaitu :
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.
Gunarsa (2000) mengemukakan bahwa dalam menanamkan disiplin kepada anak, orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orang tua, memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak tumbuh rasa tanggung jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma yang ada.
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Indikator dari pola asuh orang tua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Pola asuh permissif, antara lain mempunyai indikator :
Memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua
Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik
Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan
Orang tua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari
Orang tua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.
b) Pola asuh otoriter, antara lain mempunyai indikator :
Orang tua menerapkan peraturan yang ketat
Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak
Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal)
Orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian
c) Pola asuh demokratis, antara lain mempunyai indikator :
Adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat
Hukuman diberikan akibat perilaku salah
Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar
Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak
Orang tua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai
Orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.
3. Hasil belajar
Konsep belajar dari pandangan seorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie” atau dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3), Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah prolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar mengacu pada perolehan hasil secara kuantitatif dan kualitatif secara keterlibatan mental,emosi dan sosial dari siswa dalam proses pembelajaran aktif. Hasil belajar teraktualisasi pada perubahan sikap dan kepribadian siswa untuk lebih berprestasi dalam berbagai aktifitas belajar di sekolah. Hasil belajar siswa merupakan suatu indikasi pencapaian tujuan pendidikan yang sudah menjadi komitmen nasional antara lain terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Wahidmurni, dkk (2010: 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Sedangkan dalam Slameto (2003: 54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor ini dibedakan menjadi tiga yaitu
a. Faktor Jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor Psikologis yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c. Faktor Kelelahan.
2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu, terdiri dari
a. Faktor Keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor Sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Hasil belajar jika dikaji lebih mendalam, dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (dominan) yakni dominan kognitif atau kemampuan berpikir, dominan afektif atau sikap, dan dominan.
CV
NAMA : NURUL ZAKIAH
TEMPAT LAHIR : MAGELANG
TANGGAL LAHIR : 13 AGUSTUS 1996
ALAMAT : BUMISEGORO BOROBUDUR MAGELANG
EMAIL : NURULZAKIA18@MAIL.COM
NO. HP : 085876100953
HOBBY : MEMBACA, TRAVELING
PENDIDIKAN : TK RA MUSLIMAT BUMISEGORO
SD NEGERI KARANGREJO 1
MTs NEGERI BOROBUDUR
MAN 1 MAGELANG
Keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan, dikeluarga pendidikanbukan berjalan atas dasar ketentuan yang memang diformalkan, akan tetapi tumbuh dari kesadaran moral antar orang tua dan anak. Keluarga merupakan sebuah lembaga awal dalam kehidupan anak dan dianggap sebagai lembaga yang paling dekat dengan anak karena keluarga mempunyai waktu lebih lama dengan anak, tentu saja keluarga mempunyai andil besar dalam pendidikan dan perekembangan anak. Secara psikologis siswa SD tengah mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Masa remaja awal merupakan masa yang sulit. Satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa, sedangkan pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Fase ini menuntut orang tua mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan dan mendampingi perkembangan anak karena pada umumnya anak SD mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, menyukai 2 hal-hal yang menantang, mulai tertarik dengan kelompok sosial sehingga berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian dan karakater anak. Pemilihan lembaga pendidikan yang paling tepat bagi anak, merupakan hal yang penting bagi orang tua karena dengan memasukan anak kesekolah yang yang baik para orang tua berharap kelak anaknya mendapatkan pendidikan yang dapat mengembangkan potensi, bakat dan keterampilan yang dimilikinya secara maksimal, akan tetapi kebanyakan orang tua kurang memahami pentingnya peran mereka dalam memberikanpendidikan terhadap anaknya.
Pola pengasuhan orang tua kepada anak pada masa-masa remaja ataupada saat anak berada di lingkungan sekolah dapat mempengaruhi prestasi belajar anak. Terutama ditingkat SD pola pengasuhan orang tua sangat dibutuhkan, karena dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi seseorang. Dukungan tersebut dapat berupa pujian, perhatian, cinta dan kasih sayang. Wirowidjojo (Slameto, 2003: 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Dikatakan pertama karena disinilah seseorang pertama kali mendapatkan pendidikan dan dikatakan utama karena disini pula seseorang memperoleh dasar/bekal untukmelangkah pada kehidupan selanjutnya. Penentuan keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah dapat dilihat pada hasil kegiatan siswa yaitu bagaimana sikap siswa menanggapi tugas mandiri atau tugas kelompok 3 yang diberikan oleh guru, bagaimana siswa menyelesaikan tugas-tugasyang diberikan dan mendapatkan skor yang baik, maka ada beberapa faktor yang dapat mendukung kegiatan belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pola asuh orang tua siswa kelas IV SD Negeri Keji 1 Muntilan ?
Bagaiamana pengaruh perana pola asuh orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Keji 1Muntilan pada mata pelajaran pendidikan agama islam ?
C. Tujuan Penelitian
Agar mengetahui bagiaman pola asuh orang tua terhadap anak
Agar mengetahui pengaruh perana pola asuh orang tua siswa terhadap hasil belajar sisiwa kelas IV SD Negeri Keji 1 Muntilan pada mata pelajaran pendidikan agama islam
D. Kegunaan
1. Teoritis
Diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi perkembangan ilmu pemgetahuan khususnya ilmu pendidikan serta dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta lebih mendukung teori –teori yang telah ada.
2. Praktis
- Bagi siswa
Memberi informasi kepada siswa bahwa pola asuh dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
Bagi guru
Memberikan masukan kepada guru dan pihak sekolah bahwa betapa pentingnya kedisiplinan belajar siswa serta komunikasi terhadap wali murid
- Bagi Wali Murid
Dapat memberi tahukan bahwasanya pola asuh dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
E. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara tentang hubungan dua variabel atau lebih, jadi yang di maksud hipotesis adalah jawaban yang bersifat semantara, belum sampai pada titik akhir masih memerlukan pembuktian. Untuk memperoleh pembuktian itu melalui penelitian. Berdaarkan asumsi sematra maka hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa
F. Metode Penelitian
1. Waktu dan tempat
SENIN, 22 Oktober 2019
SD NEGERI KEJI 1 MUNTILAN
SELASA, 23 Oktober 2019
SD NEGERI KEJI 1 MUNTILAN
2. Subjek dan objek
Seluruh Siswa Siswi SD Negeri Keji 1 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang
Siswa Siswi Kelas IV SD Negeri Keji 1 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang
3. Populasi dan sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Siswa Siswi SD Negeri Keji 1 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Siswa kelas IV SD Negeri Keji 1 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.
4. Jenis Kelamin
Putra: 18
Putri: 6
Jumlah: 24
5. Teknik Pengumpulan Data
Merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik yang digunakan ialah
Angket
Pengertian Kuesioner atau Angket
Kuesioner atau angket adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.Penggunaan kuesioner :
Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan.
Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.
Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.
Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut..
Pengambilan Data Angket / kuisoner
Angket/ kuisoner adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga.
Skala Dalam Kuisoner
Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut :
Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
Agar respoden memilih subjek kuesioner.
Empat Bentuk Skala Pengukuran
Nominal
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 = Basis Data, 4 = Program e-mail
Ordinal
Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.
Rasio
Skala rasio hampir sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan.
Jenis-Jenis Angket
Berdasarkan bentuk pertanyaan dalam angket dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
Pertanyaan terbuka (open quetions)Pertanyaan terbuka ialah suatu pertanyaan dimana responden diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan bahasa dan logika mereka.Hal senada juga dinyatakan bahwa pertanyaan terbuka ialah suatu kebebasan yang diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan. Minsalnya: hukuman apakah yanga saudara anggap paling sserasi bila siswa tidak membuat PR-nya?Begitu juga panjang pendeknya jawaban yang diberikan diserahkan sepenuhnya pada responden. Pertanyaan terbuka ini sama dengan pertanyaan essay pada evaluasi hasil belajar.
Pertanyaan tertutup (closed quetions)Pertanyaan tetutup ialah kebalikkan dari pertanyaan terbuka, dimana pada pertanyaan tertutup respondennya hanya memiliki “option “ atau pilihan jawaban yang telah disediakan.Hal senada juga dinyakan bahwa pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang disertai oleh pilihan jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti, yakni dapat berbentuk ‘ya’ atau ‘tidak’, dapat pula berbentuk sejumlah alternatif atau pilihan ganda.Ada dua contoh teori yang dapat digunakan dalam pertanyaan tetutup, yaitu:
Likert style formats; ranting scales. Dengan format ini, responden diminta untuk memilih salah satu option yang disedikan bekanaan dengan statement atau pertanyaan yang mendahului options tersebut.
Contoh:Tak seorang pun benar-benar bisa merasakan bagaimana tidak enaknya perperangan itu, kecuali mengalaminya sendiri.
Sangat setuju
Setuju
Tidak bisa memutuskan
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Semantic differential. Bentuk ini adalah responden diminta memilih atau menempatkan pilihannya diantara dua kata sifat yang berada pada dua kontinum dan ekstrim.
G. Kajian Teori
1. Pola asuh
Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama sebelum anak memperoleh pendidikan di sekolah, karena dari keluargalah anak pertama kalinya belajar. Jadi keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja, tetapi lebih dari itu adalah pembentuk kepribadian anak.
Menurut Kohn, pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
Tarsis Tarmudji, menyatakan bahwa, pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan dengan norma-norma yang ada di masyarakat.
2. Jenis-Jenis pola Asuh Orang Tua
- Pola Asuh Permissif
Definisi pola asuh permissif menurut beberapa ahli yaitu :
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang tua cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua, tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan.
Prasetya dalam Anisa (2005) menjelaskan bahwa pola asuh permissif atauü biasa disebut pola asuh penelantar yaitu di mana orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri, perkembangan kepribadian anak terabaikan, dan orang tua tidak mengetahui apa dan bagaimana kegiatan anak sehari-harinya.
Dariyo dalam Anisa (2005) juga menambahkan bahwa pola asuh permissifü yang diterapkan orang tua, dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Namun bila anak mampu menggunakan kebebasan secara bertanggung jawab, maka dapat menjadi seorang yang mandiri, kreatif, dan mampu mewujudkan aktualitasnya.
- Pola Asuh Otoriter
Definisi pola asuh otoriter menurut beberapa ahli yaitu :
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang mendidik anak denganü menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang tua menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orang tua, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), dan orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.
Menurut Gunarsa (2000), pola asuh otoriter yaitu pola asuh di manaü orang tua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya.
- Pola Asuh Demokratis
Definisi pola asuh demokratis menurut beberapa ahli yaitu :
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.
Gunarsa (2000) mengemukakan bahwa dalam menanamkan disiplin kepada anak, orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orang tua, memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak tumbuh rasa tanggung jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma yang ada.
- Tipe Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Indikator dari pola asuh orang tua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Pola asuh permissif, antara lain mempunyai indikator :
Memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua
Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik
Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan
Orang tua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari
Orang tua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.
b) Pola asuh otoriter, antara lain mempunyai indikator :
Orang tua menerapkan peraturan yang ketat
Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak
Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal)
Orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian
c) Pola asuh demokratis, antara lain mempunyai indikator :
Adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat
Hukuman diberikan akibat perilaku salah
Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar
Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak
Orang tua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai
Orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.
3. Hasil belajar
Konsep belajar dari pandangan seorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie” atau dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3), Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah prolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar mengacu pada perolehan hasil secara kuantitatif dan kualitatif secara keterlibatan mental,emosi dan sosial dari siswa dalam proses pembelajaran aktif. Hasil belajar teraktualisasi pada perubahan sikap dan kepribadian siswa untuk lebih berprestasi dalam berbagai aktifitas belajar di sekolah. Hasil belajar siswa merupakan suatu indikasi pencapaian tujuan pendidikan yang sudah menjadi komitmen nasional antara lain terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Wahidmurni, dkk (2010: 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Sedangkan dalam Slameto (2003: 54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor ini dibedakan menjadi tiga yaitu
a. Faktor Jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor Psikologis yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c. Faktor Kelelahan.
2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu, terdiri dari
a. Faktor Keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor Sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Hasil belajar jika dikaji lebih mendalam, dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (dominan) yakni dominan kognitif atau kemampuan berpikir, dominan afektif atau sikap, dan dominan.
DAFTAR PUSTAKA
CV
NAMA : NURUL ZAKIAH
TEMPAT LAHIR : MAGELANG
TANGGAL LAHIR : 13 AGUSTUS 1996
ALAMAT : BUMISEGORO BOROBUDUR MAGELANG
EMAIL : NURULZAKIA18@MAIL.COM
NO. HP : 085876100953
HOBBY : MEMBACA, TRAVELING
PENDIDIKAN : TK RA MUSLIMAT BUMISEGORO
SD NEGERI KARANGREJO 1
MTs NEGERI BOROBUDUR
MAN 1 MAGELANG
1 comment for "Contoh Proposal Skripsi "
As a matter of fact, Wesley was in the army-and shortly after leaving-he discovered hidden, "MIND CONTROL" tactics that the government and others used to get everything they want.
THESE are the EXACT same methods lots of celebrities (especially those who "became famous out of nothing") and the greatest business people used to become rich and successful.
You've heard that you use only 10% of your brain.
That's mostly because most of your brainpower is UNCONSCIOUS.
Perhaps this thought has even occurred IN YOUR own brain... as it did in my good friend Wesley Virgin's brain about seven years ago, while riding an unregistered, beat-up bucket of a car with a suspended license and on his banking card.
"I'm very fed up with going through life payroll to payroll! When will I finally make it?"
You've taken part in those types of conversations, right?
Your own success story is waiting to start. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.
UNLOCK YOUR SECRET BRAINPOWER
komentar di sini
Post a Comment